Penjualan betik tidak terlalu bagus. Konsumen tetap memilik skubek yang penjualannya sudah mengalahkan bebek.
Masa kejayaan betik terjadi di awal penjualannya. Revo AT yang meluncur pada 20 Juli 2010 sepanjang tahun ini terjual 7.237 unit. tahun berikutnya turun menjadi 5.150 unit dan 2012 hanya terjual 200 unit, itupun hanya di April. Lalu 11 bulannya nihil alias memang sudah tidak ada produksi.
ÔÇ£Sepertinya konsumen di Indonesia masih suka bebek yang benar-benar bebek dengan transmisi manual sedang untuk matik yang harus skuter,ÔÇØ bilang Eko Prabowo, General Manager Promotion and Communications PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Masih kata Eko, edukasi selama ini yang diberikan pihak Yamaha sudah cukup baik. Yaitu fokus membahas teknologi dan sistem kerjanya.
ÔÇ£Tapi sekali lagi, terbukti konsumen punya cara pikir berbeda. Mereka ingin yang namanya skuter ya matik. Bebek itu bukan matik. Apalagi saat ini, tren bebek juga turun.ÔÇØ
Begitu juga ketika mendatangi sejumlah bursa motor bekas atau motkas. Syahrudi, seorang pedagang motkas mengakui selama dirinya menjual motor bekas, belum satupun dia menjual betik.
ÔÇ£Nggak ada yang jual juga. Motornya juga jarang kelihatan,ÔÇØ ungkap pedagang dari Jatinegara, Jakarta Timur ini.
Karena itu, meski dirinya hafal mengenai pasaran harga motor, untuk tipe satu ini ia mengaku masih gelap. ÔÇ£Wah.. nggak tahu pasti berapa harganya,ÔÇØ bilangnya.
Hal sama juga dinyatakan oleh Romli yang menjual motor bekas di seputarab Palmerah, Jakarta Barat. ÔÇ£Pernah sekali menjual Revo AT. Harga jualnya nggak nyampe Rp 10 juta. Dan barangnya juga susah berputar. Beda dengan jual motor bebek biasa atau yang memang matik beneran. Nggak lebih dari seminggu sudah laku dijual,ÔÇØ jelas Romli.
Terbukti teknologi canggih belum tentu bisa langsung diterima konsumen Indonesia. Terbukti pada jualan betik ini. (motorplus-online.com)
KOMENTAR