Fitur
Dari panel indikator di setang. Punya New V-Ixion desainnya memang lebih menarik. Kompak tapi terbilang lengkap dengan kombinasi digital-analog. Analog ada pada takometer sedang lainnya digital. Sapaan "hi bro!" jadi ciri khas yang menarik.
Bila dibandingkan dengan panel indikator CB150R, satu-satu indikator yang tidak ada adalah jam digital. Jam digital pada mid sport andalan Honda terbukti sangat fungsional. Enggak perlu repot mengangkat tangan untuk melihat penunjuk waktu. Sedang untuk visibilitasnya, indikator di kedua motor ini sama baiknya.
Kunci setang dan kontaknya sudah sama-sama dilengkapi pengaman bermagnet. Tapi punya CB150R telah dilengkapi dengan tuas kecil untuk menutup rumah kuncinya. Sedang punya New V-Ixion harus menggunakan kunci bermagnetnya untuk menutup, sedikit lebih ribet.
Tuas transmisi New V-Ixion bukan hanya satu di depan, tapi pada bagian belakang ada tuas juga yang memungkinkan memasukan gigi dengan menginjak ke belakang. Efek baiknya, sepatu enggak gampang rusak karena harus terus menerus mencongkel tuas transmisi ketika memasukan gigi.
Sedang New V-Ixion masih menggunakan mesin lamanya, SOHC (single overhead camshaft) 4 klep. Detailnya klik di sini. Hanya memiliki satu noken as dengan dua bumbungan untuk mengatur buka-tutup dua klep masuk dan dua klep buang. Karena tiap bumbungan bertugas menggerakan dua noken as sekaligus, maka masih memerlukan rocker arm atau lengan penghubung antara noken as dengan batang klep.
Keunggulan DOHC yang paling mendasar adalah memiliki komponen yang bergerak lebih sedikit ketimbang SOHC yang masih membutuhkan rocker arm. Selain itu tidak perlu lagi setelan kerenggangan klep, fungsi pada DOHC sudah digantikan oleh shim yang membuatnya lebih minim perawatan. Tapi secara performa, keduanya hampir sama.
Kedua motor ini sama-sama memiliki 4 klep dan telah dilengkapi dengan pendingin air atau radiator. Sedang untuk transmisinya, Honda lebih unggul secara jumlah dengan 6 speed. Sedang New V-Ixion hanya 5 speed.
Sensor oksigen ini hadir untuk memberikan feedback alias umpan balik kepada Electronic Control Unit (ECU) mengenai hasil pembakaran. Ketika gas buang terdeteksi terlalu kaya atau terlalu miskin, maka secara otomatis suplai bahan bakar akan disesuaikan. Hasilnya pembakaran lebih sempurna dan emisi lebih rendah.
Pada CB150R tidak dilengkapi sensor O2. Tapi jangan khawatir soal emisi, Honda telah membekali CB150R dengan Secondary Air Suplai System (SASS) agar tetap lolos regulasi Euro 2. SASS ini bekerja dengan cara menyuntikkan oksigen ke jalur pembuangan, sehingga gas CO yang beracun akan berubah menjadi CO2 dan O2.
Tapi untuk sensor lain, CB150R masih lengkap dengan Throttle Position Sensor (TPS), Manifold Absolute Pressure (MAP) dan Intake Air Temperature (IAT). Selain itu sensor seperti Engine Coolant Temperature (ECT) dan Crank Position Sensor (CKP) juga tetap ada.
Fitur lain yang membedakan adalah, CB150R kembali mengadopsi sistem penyetelan stasioner model manual dengan sebuah sekrup. Sedang V-Ixion dilengkapi dengan Fast Idle Solenoid (FID) yang mengatur stasioner secara otomatis.
Kedua motor ini juga sama-sama memiliki sensor untuk mematikan sistem injeksi secara otomatis ketika terjatuh. Honda tetap memiliki Bank Angle Sensor (BAS), sedang Yamaha juga setia dengan Lean Angle Sensor (LAS).
Di CB150R juga terpasang capasitor bank. Tujuannya jika aki soak, pacuan yang aplikasi sistem bahan bakar injeksi itu bisa tetap berfungsi. Listrik cadangan yang tersimpan di kapasitor bank bisa memberikan pasokan listrik ke sistem injeksi. Part ini juga berfungsi stabilkan arus listrik agar main di 12ÔÇô14 volt.
Sedang pada New V-Ixion tidak ada komponen seperti itu. Tapi Yamaha menyediakan lampu indikator yang akan menginformasikan kondisi aki. Ketika aki soak lampu akan menyala. Sehingga sebelum kejadian motor mogok karena sistem injeksi tidak bekerja gara-gara aki mati, pemilik motor sudah bisa melakukan pengecekan. (motorplus-online.com)
KOMENTAR