Ditambah panasnya mentari kala itu, membuat aspal juga seakan ikut memanggang engine. Akibatnya, setingan pacuan yang aplikasi bahan bakar Pertamax Plus ini lebih pilih bermain aman. Artinya, enggak ngotot untuk tampil di deretan terdepan.
ÔÇ£Karakter Pertamax Plus memang seperti itu. Lebih panas ketimbang Bensol. Kalau salah seting atau salah terapkan rasio kompresi mesin, yang kalah di part mesin,ÔÇØ ujar Haris Sakti, tunner tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya.
Memang, terlihat usai race 1. Salah satu part yang ÔÇÿterlukaÔÇÖ oleh panas itu adalah piston. Piston diameter 55,25 mm yang jadi andalan di Jupiter Z ini, sedikit terluka di bagian permukaan. ÔÇ£Sebenarnya kalau setingnya ketemu, piston masih kuat-kuat saja,ÔÇØ sebut Mletis.
Kali ini, tinggi dome piston dibuat 1,5 mm jika diukur dari bibir terluar permukaan piston. Lalu, posisi mendem piston dari permukaan blok silinder teratas dibuat jadi 0,7 mm.
Agar rasio kompresi diinginkan sesuai, kepala silinder juga ikut dipapas hingga 0,3 mm. Setelah itu, Mletis yang asli Jogja ini pun ikut menyesuaikan timing pengapian. Pakai CDI Rextor tipe Pro Drag, timing tertinggi dibuat jadi 33 derajat di 9.000 rpm. Sebelumnya, bermain di 32,5 derajat. Limitter CDI, dipatok di 14.800 rpm. ÔÇ£Sebenarnya bisa 15.200 rpm,ÔÇØ ujar tunner muda berbakat ini.
Wajar saja kalau kitiran mesin bisa sentuh 15.200 rpm. Itu karena Mletis aplikasi klep berbahan titanium dari special engine Honda CRF250. ÔÇ£Per klep pakai Akutagawa spesialis titanium,ÔÇØ katanya.
Usaha yang dilakukan tak sia-sia. Anggi yang kala itu masih dinaungi cidera pergelangan tangan pun mampu podium pertama di race 2. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban: IRC 166 90/80-17
Cakram: TDR
Sok belakang: YSS
Master rem: Suzuki Thunder 250
Karburator: Keihin PWK Sudco 28 mm
KOMENTAR