Kontroversi Kontrol Traksi dan Pembalap

Motorplus - Sabtu, 19 Oktober 2013 | 16:24 WIB

Valentino Rossi enggak mendukung

Pastinya tidak semua pembalap MotoGP mendukung penggunaan kontrol traksi (KT). Rider yang kurang mendukung KT karena skill dan teknik pembalap seperti dimatikan. Pembalap jadi seperti robot.

“Seperti remote control. Pembalap enggak perlu lagi banyak mengerahkan teknik dan skillnya. Semuanya sudah diatur oleh rangkaian komponen elektronik,” timpal Valentino Rossi, empat tahun lalu saat masih bersama Yamaha.

Rossi jadi salah satu pembalap yang anti dengan KT. Baginya untuk mengatur putaran mesin saat deselerasi ataupun akselerasi yang ditransfer ke roda belakang enggak diperlukan. “Kan sudah ada slipper clutch. Dengan teknologi ini, kemampuan pembalap masih dominan dibutuhkan,” timpal The Doctor.

Ada lagi yang lebih penting bagi Rossi dengan munculnya adopsi KT di tungga-ngan MotoGP. KT bikin tontonan MotoGP enggak atraktif.

“Biarkan F1 pakai kontrol traksi karena F1 bukanlah MotoGP. MotoGP tetaplah MotoGP. Harus atraktif dengan memperkecil peranan kontrol traksi di motor. Semakin atraktif, semakin penonton suka,” kata Rossi yang kabarnya tahun 2015 akan pindah ke World Superbike.

Memang, semenjak adanya KT aksi rear wheel steering alias sliding yang dikontrol oleh pembalap sudah enggak lagi kelihatan. Aksi ini masih bisa ditengok di Moto3 dan Moto2 karena KT tidak diaplikasi untuk pacuan Moto3 dan Moto2.

Dulu eranya GP500 sliding roda belakang saat masuk ditikungan sering dilakukan pembalap. Salah satu Rajanya Sliding ya Gerry McCoy. Rear wheel steering masih berlanjut dengan aksinya Rossi di awal eranya MotoGP. Dengan menggunakan Honda RC212V, Rossi masih sanggup melalukan sliding roda belakang. Tontonan MotoGP jadi asyik dilihat.

Tapi, tahun 2005 mulailah kontrol traksi beredar di MotoGP sampai sekarang. “Setelah naik MotoGP, nyaman sekali motornya. Unsur manusianya dikurangi. Motor jadi mudah dikontrol,” ujar Marc Marquez saat pertama kali menjajal Honda RC213V sebelum seri pembuka MotoGP musim ini.

Memang, eranya MotoGP kembali ke 1.000 cc musim lalu, peranan KT bisa dipangkas. “Karena 1.000 cc torsi jauh lebih besar dibandingkan dengan 800 cc. Pembalap bisa memanfaatkan torsi besar dengan mengaturnya saat masuk tikungan. Di sinilah peranan kontrol traksi dikurangi,” urai Casey Stoner tahun lalu.

Stoner bukan cuma sekedar cuap alias bual. Dia buktikan KT tidak digunakan saat balapan seri perdana di Qatar tahun lalu. Memang, hasilnya Casey hanya di posisi ketiga.

“Problemnya bukan karena saya enggak pakai kontrol traksi. Tapi, saya bermasalah dengan getaran di bagian depan motor,” timpal Casey yang kabarnya dapat wild card MotoGP musim ini untuk seri Philip Island, Australia.

Meski Rossi dan Casey kurang mendukung KT, tapi mereka mengakui kegunaan KT. Adanya KT mengurangi resiko terjadinya high side.

High side bisa terjadi karena traksi ban enggak sanggup menerima transfer daya dari putaran mesin ke roda belakang. Karena ban belakang enggak sanggup menerima putaran mesin, tenaga liar melemparkan pembalap dari jok.

“Adanya kontrol traksi bisa menurunkan resiko high side sampai 60%. Coba bandingkan tanpa kontrol traksi, hampir setiap seri pembalap terlempar akibat high side. Kontrol traksi meningkatkan safety bagi pembalap,” ujar Stoner.

Benar omongan Stoner. Silakan cek kecelakaan yang dialami pembalap akibat high side, eranya 2005 sampai sekarang jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya. Paling banyak per seri ada 7-8 kejadian.

“Safety saya dukung. Tapi, jangan matikan peranan pembalap. Ini tugasnya engineer,” tutup Rossi. Jadi gimana? (www.motorplus-online.com)

Penulis : Motorplus
Editor : Motorplus


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular