Beda bentuk material saat proses pembuatan
Piston bisa dibilang komponen yang sangat penting. Part ini yang bertugas menciptakan proses isap dan kompresi dalam ruang bakar. Atau dengan kata lain, piston adalah sumbat geser yang dipasang dalam sebuah silinder dan berfungsi menekan udara masuk dan menerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar.
Part ini umumnya dibuat dari bahan yang ringan dan tahan tekanan. Yakni, aluminium bercampur bahan tertentu atau alumunium alloy.
Nah, saat ini yang berbedar di pasaran ada 2 jenis piston berdasarkan cara pembuatannya. Yakni, casting dan forging. “Piston casting itu cara pembuatannya dicor,” ujar Agus Salim, Sales RE Dept. Head PT Federal Izumi Manufacturing (FIM).
Di mana, material alumunium dipanaskan pada suhu tinggi hingga cair. “Kemudian cairan tersebut dituang ke dalam moulding (cetakan) berbentuk piston,” ujar M. Abidin, GM Service PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Selanjutnya melewati beberapa proses machining dan treatment.
Menurut Agus, pada proses pembuatan piston jenis ini berisiko terjadi gelembung udara di dalam materialnya. “Mesti dilakukan penyuntikan gas untuk membuang gelembung udara. Makanya tidak jarang terjadi reject,” tukasnya.
Berbeda dengan jenis forging atau yang sering kita dengar dengan istilah forged piston. Kalau diartikan secara harfiah adalah piston tempa. “Dibuat dengan cara proses tempa, yaitu logam dipanaskan sampai suhu tertentu, kemudian ditempa. Imagenya mirip seperti pembuatan samurai atau keris,” terang Abidin.
Tapi, baik jenis casting ataupun forging, bahan dasarnya sama pakai alumunium alloy. Perbedaannya di bentuk material dasar pembuatan piston. Untuk casting biasanya menggunakan alumunium alloy bar atau alumunium batangan. Sedangkan forging piston menggunakan alumunium alloy solid atau berbentuk silinder.
Menurut Agus lagi, meski sama-sama menggunakan alumunium alloy, jenis alumunium yang digunakan biasanya berbeda. Kalau buatan FIM, untuk jenis grafity casting kami pakai material AC8A. Sedangkan forged pistonnya pakai 4032 yang lebih tahan panas. "Kalau produk non FIM umumnya pakai material 2618 yang cenderung lebih cepat panas,” tambahnya.
Jenis forging lebih awet, ringan tahan panas
"Kami selalu memberikan kebebasan tim kami untuk melakukan riset," bilang Mustafa, Marketing & Adm. Division Head PT FIM. Maksudnya, terus melakukan pengembangan sehingga dicapai hasil terbaik. Mulai dari teknik pembuatan, material dan sebagainya.
Lantas apa kelebihan dan kekurangan piston jenis casting dan forging? Abidin pun memaparkan sebuah matrik yang intinya begini. Dari segi ketahanan terhadap panas serta kemampuan melepas panas, baik jenis casting maupun forging masih terbilang baik.
Namun dari segi perubahan struktur material ketika digunakan, terutama saat mesin berkerja berat seperti sering digeber di putaran tinggi, perubahan struktur piston forging lebih sedikit dibanding jenis casting. Perubahan yang dimaksud yakni dari padat ke cair, trus ke padat lagi.
Makanya ente mungkin pernah dengar, di ajang balap ada piston bolong karena enggak tahan panas akibat kompresi tinggi dan pengapian gede. Nah, umumnya itu sering terjadi pada piston jenis casting.
“Tapi, sebenarnya itu tergantung setingan mesinnya juga. Soalnya dari pengalaman yang pernah tim saya alami, piston forging juga bisa bolong-bolong karena kegedean pengapian,” ucap Rudi Hadinata, Owner tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya.
Namun secara kekuatan dan keta-hanan, Rudi mengakui bahwa piston for-ging lebih bagus dari jenis casting. “Pakai piston forging bisa sampai 3-4 event baru ganti, kadang lebih. Kalau dulu, pakai jenis casting, maksimal 2 event udah harus ganti,” tukasnya.
Hawadis, punggawa sekaligus tunner HDS Motor di Jl. Swatirta/Bakti No. 28, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara yang kerap pakai piston forging di motor korekannya juga mengakui hal itu. “Bisa tahan sampai 3 event. Materialnya lebih kuat, ringan dan tahan kompresi tinggi hingga 14 : 1,” bebernya.
Tetapi memang dari segi harga, piston forging lebih mahal dari jenis casting. Dari penjelasan Abidin lewat matrik, lantaran piston jenis ini butuh proses pembuatan lumayan sulit dan perlu teknologi tinggi. Makanya, teknologi dan kualitas juga harus dibayar dengan harga yang setara alias mahal, Bro! (motorplus-online.com)
KOMENTAR