Pasaran harga ‘bahan’, tergantung kondisi motor
“Kalau urusan mesin sih, sama saja dengan RX-King. Mulai dari piston, setang seher dan lainnya,” timpal Adhi. Termasuk juga bak kopling dan bak magnet. Tetap bisa comot milik saudara muda. Mungkin, banyak yang berpikir kalau Yamaha RX-King itu pacuan lincah. Mungkin, karena didukung sumbu roda tergolong pendek sebagai pacuan sport. Tetapi, ketika disandingkan dengan Yamaha RX-K yang pantas disebut sebagai kakak tertua RX-King, julukan itu boleh dilimpahkan ke motor yang muncul di Indonesia pertama kali di tahun 1980 ini.
Pakai kedok headlamp, layaknya RX-K Malaysia
“Bobotnya lebih ringan dan bentuknya tidak terlalu besar, ini membuat handling RX-K lincah,” bilang Adhi Rasta, salah satu bikers penggemar RX-K. Tetapi, ketika muncul pertama kali, RX-K usung mesin 123 cc. “Karena isi silinder yang 123 cc, banyak juga yang sebut RX-K banci. Cirinya lampu depan dan lampu seinnya masih bulat. Begitu juga spidometernya,” beber Adhi yang tinggal di Pondok Ranji, Tangerang, Banten. Setelah itu, barulah tahun 1981 dan 1982 muncul RX-K mesin 132 cc. Stroke 58 mm dengan diameter piston 54 cc. Kemunculannya kali ini, sudah aplikasi bentuk headlamp dan sein bahkan spidometer kotak. “Kode silinder blok yang tertera, 4Y200-132 cm³,” tambah Adhi.
Tepong masih bisa dicari dan ada produk KW pula
Meski sudah berwujud kotak, tapi tangki dan tampilannya masih mengesankan unsur klasik. “Itu yang bikin gue tetap tertarik RX-K. Lebih indah dilihatnya,” timpal Delly Jamika, pemilik RX-K yang motornya kerap juara kontes dengan tampilan orisinalnya. Nah, sobat yang ingin kembali bernostalgia bersama sport 2-tak dari pabrikan logo garputala ini, beberapa hal kudu dipahami. Sebab, motor yang tergolong legenda ini juga memiliki harga pasaran gelap. Maksudnya, enggak pasti.
Editor | : | Motorplus |