Bending komputerisasi dan semirobotik untuk menekuk derajat leher knalpot
Lekukan knalpot tanpa sedikit pun tekukan di leher banyak untungnya. Tekukan jadi hambatan di tenggorokan knalpot. Efeknya tenaga yang dilepas ruang bakar. Semakin patah tekukan, hambatannya semakin besar. Loyo deh jadinya.
“Pastinya daya yang dihasilkan pembakaran akan mengalir sempurna,” beber Jan Januri, Kepala Divisi Welding Racing, PT Anantha Berkat Jaya (ABJ), produsen pipa gas buang R9, Tangerang.
Betul kata Jan yang sudah garap knalpot racing dan karyanya menghasilkan juara nasional dan juara Asia. Meski ada tekukan sedikit aja di leher knalpot, aliran gas panas dari ruang bakar akan terhambat. Ibarat pipa slang air, ketekuk sedikit pasti debit air yang ngocor akan lebih rendah dibanding yang tanpa tekukan.
“Lagian juga, ada sedikit tahanan di leher knalpot akan ada karbon yang menumpuk,” timpal Herly dari divisi bending ABJ. Karbon yang menumpuk pastinya akan menambah masalah dengan pelepasan gas buang dari ruang bakar. Akhirnya bertambah loyo.
Gimana enggak bertambah loyo. knalpot yang ada tekukan plus setelah dipakai berkali menyimpan karbon sisa pembakaran di tekukan, akan mengurangi tenaga motor. Mungkin enggak begitu terasa kalau dipakai untuk harian. Tapi, masalah akan muncul untuk kebutuhan balap.
“Tapi, ini juga bergantung alat produksi. Dengan alat produksi yang bisa merancang dan menekuk derajat leher knalpot dengan alat khusus, tidak akan ada lagi tekukan di leher,” kata Herly yang asli Lampung.
Dengan derajat sesuai perhitungan ruang bakar, tentunya hasilnya akan maksimal. Enggak ada tahanan sedikit pun setelah daya dimuntahkan dari dari mesin. Itulah untungnya!
Dirancang khusus lewat perangkat lunak 3D
TANPA LAS-LASAN
Menekuk pipa leher knalpot dengan alat yang sudah dirancang semirobotik, pastinya las-lasan tidak akan ada. Inilah bedanya dengan teknologi produksi knalpot konvensional.
Sampai sekarang masih ada leher knalpot yang harus dilas. Ini menyangkut kesiapan alat produksi bending alias menekuk yang belum bisa disetting secara komputerisasi.
Jadinya, beberapa bagian di tembolok knalpot harus dibuat jadi beberapa bagian. Untuk menyambungkannya harus dilas.
“Resikonya tetap ada tekukan di bagian leher. Ada las-lasan beresiko patah waktu dipakai dengan jangka waktu tertentu,” ujar Jan Januri, Kepala Divisi Welding Racing, PT. Anantha Berkat Jaya (ABJ), produsen pipa gas buang R9, Tangerang.(motorplus-online.com)
KOMENTAR