
EOT, perubahan tahanannya berdasarkan perubahan suhu oli
Prinsip kerja sistem injeksi adalah mengontrol aliran bahan bakar. Mulai dari tangki, sampai masuk ke ruang bakar dalam bentuk kabut dengan volume yang sesuai permintaan mesin, secara elektronik. Otak pengontrolnya adalah Engine Control Modul (ECM) atau juga disebut Engine Control Unit (ECU).
Nah, bagaimana prosesnya sampai bisa didapat semprotan kabut bensin sesuai permintaan mesin? “Pertama, saat kontak ON harus ada tekanan bahan bakar di dalam saluran bahan bakar dari tangki menuju injektor. Yang bertugas menyalurkan dan memberikan tekanan bahan bakar ke injektor itu adalah fuel pump di dalam tangki,” terang Sriyono.
Baru deh setelah mesin distart, sensor-sensor seperti throttle position sensor (TPS), intake air temperature (IAT), manifold air pressure (MAP), engine oil temperature (EOT), O2 sensor dan sebagainya memberikan input ke ECM. Kemudian diproses ECM.
Selanjutnya, ECM memerintahkan injektor untuk menyemprotkan bahan bakar dengan debit yang sesuai dengan kondisi mesin saat itu. Tentu berdasarkan input sensor-sensor tadi. Tapi, seperti apa sih input yang diberikan sensor-sensor?
“Input yang diberikan sensor adalah tegangan. Sebelumnya, sensor disuntik tegangan telebih dulu oleh ECM sebesar 5 Volt, kecuali O2 sensor. Karena sensor ini menghasilkan tegangan sendiri tanpa disuntik oleh ECM,” papar Sriyono.
Nah, setelah dapat suntikan tegangan dari ECM, kemudian sensor membaca kondisi mesin yang ada. Lalu mengembalikan lagi ke ECM tegangan tadi dengan besaran yang sudah berubah. ”Sebenarnya sensor-sensor ini (di luar O2 sensor) adalah variable resistor. Sifatnya resistor memberikan tahanan,” papar Sriyono.
Ketika arus dikasih hambatan secara variabel, maka tegangan yang dikeluarkan akan berubah-ubah sesuai besarnya hambatan diberikan. Rumus elektronya V (tegangan) = I (arus) x R (hambatan).