Hendriansyah. Di atas kapal tongkang
Kalau bisnis pembalap yang berurusan dengan kecepatan, seperti membuka speed shop atau sekolah balap, bukan kejutan. Tapi, ceritanya berbeda kalau sudah berbisnis di luar itu. Pembalap yang masih aktif malah serius menggeluti usaha tambang, sekolah umum, dan bisnis alat angkut.
“Keuntungannya jauh banget antara bisnis saya yang memang berbau balap dengan usaha sekarang yang saya seriusin,” beber Hendriansyah, rajanya road race Indonesia.
Hendriansyah rider yang masih aktif sampai tahun ini. Sudah lebih dari dua tahun ini dia berbisnis batu split dan kapal tongkang alias ship yard.
Hendriansyah dipercaya memegang tiga perusahaan di bawah bendera Gandasari. “Nama perusahaannya Alfa Granitama, Gandasari Kuarindo, dan Gandasari Perkasa Mandiri,” ujar Hendriansyah yang sekarang ini lebih banyak berdomisili di Jakarta.
Jauh sebelum Hendri, panggilan akrab Hendriansyah, berbisnis batu split dan kapal tongkang, dia punya usaha speed shop. Merek produk balapnya Hendriansyah Racing Product (HRP) dan sekolah balap dengan nama Hendriansyah Racing School (HRC). HRP dan HRC bermarkas di Jogja.
“Sekarang HRP dan sekolah balapku sudah bisa dilepas. Tapi, kadang-kadang saya balik untuk ngecek aja,” urai Hendri yang tahun ini balap dengan tim Alfa Gandasari Racing Team.
Wawan Hermawan, rider Astra Motor Racing Team (ART), pun lebih duluan serius menggeluti usaha di luar bau balap-an. Pembalap asal Ciamis, Jawa Barat ini sukses membangun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota kelahirannya berkat hasil balap.
“Sebagian dana dari keluarga dan ada juga bantuan dari pemda setempat,” ujarnya di sela-sela acara final Honda Racing Championship (HRC) di Cimahi (17/11).
Bahkan, menurut pengakuan Wawan, berdasarkan info yang didapat dari dinas pendidikan setempat, SMK Tri Bintang yang ia dan keluarganya kelola ini masuk klasifikasi SMK paling siap di Ciamis.
SMK Tri Bintang dinilai memiliki sarana praktik paling lengkap dan punya kelas otomotif terbanyak. “Soalnya di Ciamis banyak yang senang balapan. Jadi minat di dunia otomotif di Ciamis besar sekali. Saat ini sudah ada tiga kelas otomotif, dua kelas komputer dan satu kelas akutansi. Total siswa ada 289,” beber Wawan.
Aep Dadang pun, crosser nasional asal Soreang, Jawa Barat, juga lebih duluan menseriusi bisnis di luar aroma racing. Sebelum ditunjuk jadi distributor resmi motor Husqvarna, dia memilih bisnis bordir garmen.
“Bordir untuk mukena lebih banyak yang kita bikin. Tapi, saya mau tinggalin karena waktu yang dibutuhkan untuk ngontrol harus bergerak 24 jam. Cape, bro,” bilang Aep yang menggondol juara motocross empat kali berturut-turut.
Setelah enggak lagi bermain bordir garmen, Aep serius menggeluti bisnis kontainer dan lapangan futsal. Lapangan futsal dirancang dan dibikin di belakang rumahnya, Soreang.
“Memang masih jalan juga bisnis motor off road dan perlengkapannya. Tapi, itu cuma untuk hobi aja. Hobi, kan harus keluar duit. Kalau bisnis yang bukan hobi, harus dapat duit,” tutup Aep.
Betul! (motorplus-online.com)
KOMENTAR