Harga Pembalap Membubung Tinggi, Bakal Bencana Besar Road Race Nasional di 2014

Motorplus - Senin, 16 Desember 2013 | 12:08 WIB
motorplus
Harga Pembalap Membubung Tinggi, Bakal Bencana Besar Road Race Nasional di 2014

motorplus
Harga Pembalap Membubung Tinggi, Bakal Bencana Besar Road Race Nasional di 2014

Apa yang terjadi dengan road race tahun depan sudah beredar kabar minggu ini. Pemilik tim resah dan gelisah. Resah dengan kondisi musim depan. Kalau sobat bicara dengan insan balapan aspal, pasti akan nganggap road race mengalami bencana.

Bencana ini bisa kelihatan dari kondisi tim-tim menengah dan atas ketika ngomongin musim 2014. “Tim kami stop balap. Awalnya sudah siap balapan tahun depan, tapi pembalap harganya tinggi untuk balapan MotoPrix. Tambahan lagi, tunner yang kami andalkan juga stop balap tahun depan,” timpal Luqman Ramdhan Dharmawan, yang tahun ini pemilik Honda TDJ, Jakarta.

Berhentinya Honda TDJ berarti me-ngurangi kekuatan Honda di ajang MotoPrix. Silakan cek salah satu tim yang diandalkan Honda untuk merebut tropi MotoPrix Region 2 ya Honda TDJ.

“Kami juga stop balap. Masalahnya ya itulah harga pembalap gila-gilaan. Masa pembalap level MotoPrix sudah minta Rp 100 jutaan. Kalau dua pembalap sudah berapa? Ini belum start money dan bonus,” kata Hasan Tandina, pemilik tim Yamaha IRM asal Ternate.

Yamaha IRM bukanlah tim prestasi pas-pasan. Di MotoPrix region 2 cukup disegani. Terbukti putaran perdana MotoPrix Jawa di Serang, Banten lalu, dua pembalap mendominasi podium 1 di kelas MP1 dan MP2.

Bukan cuma Honda TDJ dan Yamaha IRM yang resmi menyatakan stop balap karena melambungnya harga rider MotoPri. Tapi, tim Yamaha Ridlamatama, Honda Rinjani, dan Honda Aries Putra terancam berhenti balapan karena meroketnya banderol rider.

“Benar. Susah cari harga pembalap yang wajar untuk tingkat MotoPrix. Lama-lama balapan akan ditinggal tim,” beber Andy Wibowo, pemilik tim Gandasari yang tahun ini tetap turun di MotoPrix. “Honda Rinjani tetap balap. Tapi, memang Willy Hammer pindah ke tim lain,” kata Mithayanto, Kepala Mekanik tim Honda Rinjani.

Bencana lainnya soal jadwal balap. Jumlah balapan untuk MotoPrix dan IndoPrix jadi beban. Kepastian seri race musim depan enggak sesuai dengan jadwal yang sudah dicantumkan proposal untuk pe-ngajuan ke sponsor.

Itulah masalahnya. Tim-tim pabrikan sudah diminta untuk mengajukan propo-sal ke pihak sponsor setelah Agustus tiap musim. Masalahnya jumlah balapan tiap tahun baru keluar setelah pengajuan proposal ke sponsor dilakukan tim.

Padahal, idealnya nih kalau mau PP IMI dianggap profesional jadwal resmi keluar antara Agustus dan September. Lihat saja MotoGP, jadwal resmi untuk tahun depan sudah masuk September. Padahal, balapan belum berakhir.

“Saya mengajukan IndoPrix 5 seri tahun depan. Tapi, saya dengar kabar IndoPrix jadi 7 seri. Belum lagi balapan MotoPrix region Jawa yang katanya 9 seri. Sedangkan jumlah seri MotoPrix yang sudah diajukan ke sponsor 7 seri. Pusing. Kalau benar jumlah serinya lebih banyak dibanding yang diajukan ke sponsor, mending balapan IRS Sentul,” ujar Koh Yonk, pemilik tim Yamaha Yonk Jaya, Bandung.

Seandainya lebih dari 1 seri diban-ding jumlah seri yang ditanggung sponsor, berarti budget melambung. Kalau pengeluaran meroket, siapa yang mau nombokin?

“Kalau kejadian nambah dua seri, minimal bugdet tambahan keluar Rp 200 juta. Kebayang, kan biaya Rp 200 juta dari mana?” cakap Rudy Hadinata, pemilik tim Yamaha Trijaya.

Bencana semakin bertambah kalau ada kenaikan semua biaya, biaya transporasi, harga hotel, dan akomodasi. Bencanaaa! (motorplus-online.com)

Penulis : Motorplus
Editor : Motorplus


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular