Aturan bobot yang kadang-kadang berubah, ditambah lagi gonta-ganti joki bikin tak sedikit pelaku adu kebut lurus harus putar otak. Sialnya joki yang enteng kudu nambah beban seabrek-abrek. Efeknya mempengaruhi handling dan kestabilan laju pacuan.
Ini dialami Akun Cetek dari tim Bee Speed Gentong Adijaya Tech saat turun di kejurnas drag bike seri VIII untuk Matik Tune up s/d 155 cc, Delta Mas, Cikarang, Jawa Barat, Oktober lalu.
Lantaran bobot kendaraan dan postur Akun yang emang kecil, Yamaha Mio pacuannya harus dipasangi tumpukan gir. Eh, begitu lepas start, lari Mio Akun jadi liar dan menabrak pembatas.
Makanya, banyak yang gerah ketika aturan bobot ditambah. Pasalnya, motor sudah diseting pas dengan aturan bobot tahun lalu. Akhirnya, ada beberapa oknum yang coba berlaku curang.
“Setelah ditimbang ada yang beban tambahannya dilepas lagi sebelum pembalapnya start. Penonton nyaksiin kok. Itu kan gak fair,” bilang Utomo, bos Tomo Speed Shop.
Kejadian ini menurut pelaku drag bike kerap terjadi. Beberapa oknum memanfaatkan kelengahan petugas karena di area start sering banyak crew bejubel.
“Idealnya timbangan ditempatkan di area finish. Gue yakin tidak ada yang berani nyolong bobot,” usul Muktar Yusuf yang tenar dipanggil Ute Cuters, dragster asal Jakarta.
Berbeda dengan pendapat M. Saiman, joki MC Racing TDC, Jakarta. “Panitia harusnya pakai dua timbangan. Satu di area start dan satu lagi di finish,” tukasnya. “Setuju. Harus ada dua timbangan,” timpal Utomo.
Namun masalahnya, “Kalau pakai 2 timbangan, kalibrasi keduanya harus sama. Kalau beda, ya tentunya akan merugikan pembalap. Posisi timbangan di area start sebenarnya gak masalah. Setelah finish, pembalap harus balik lagi nimbang ulang. Masalahnya area start sering ramai. Ini yang harus dibenahi,” imbuh sumber dari PP IMI yang enggan disebut namanya. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR