Siapa yang bisa menjamin kondisi klep di mesin balap tetap 100% sip? Pastinya dengan cara tes atau uji bisa tahu kalau klep yang mau dibeli sudah enggak lurus 100%. Begitu juga dengan pembalap yang mau dikontrak, enggak bisa semata-mata hanya melihat fisik dan tampang. Ada cara yang bisa diikuti seperti dilakukan Gandasari Racing Team (GRT).
GRT enggak mau spekulasi mengontrak pembalap. Rider yang diincar harus mengikuti tes kejiwaan. Uji kejiwaan ini akan melacak mental dan minat si pembalap.
“Sebenarnya semua tim bisa melakukan ini. Biayanya sekali tes enggak mahal, Rp 300.000. Dengan biaya segitu, paling tidak enggak terjebak setelah bayar kontrak yang biayanya lebih dari puluhan juta rupiah, tapi setelah balapan pembalap enggak sesuai harapan,” ujar Andy Wibowo, pemilik tim GRT yang asli dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
GRT tim privateer. Pasukan privateer seperti GRT saja bisa melakukan prosedur awal untuk menyeleksi pembalap. Pastinya tim pabrikan yang memang lebih serius membina pembalap Indonesia sepatutnya melakukan cara ini.
“Hasil dari psikotes terbuka. Terlacak mental dan kemauan si pembalap. Bisa tertangkap arah hidup si rider. Bisa juga terdeteksi apakah si pembalap bisa gampang pindah tim atau setia dengan timnya,” kata Andy yang punya tim MotoPrix, IndoPrix, dan kejurnas motocross. Khusus psikotest, GRT melakukannya untuk turun di MotoPrix.
Hasil dari psikotest akan dikonsultasikan dengan manager tim yang memang sudah profesional. Di MotoPrix GRT dima-nageri Rey Ratukore dan Hendriansyah.
“Kedua orang itulah yang akan menentukan apakah si pembalap memang layak turun di balapan nasional dan bisa bergabung dengan tim. Seandainya, enggak ya gugur,” tutup Andy yang bertempat tinggal di Pondok Indah, Jakarta.
Siapa yang mau tiru? (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR