Mending kalau beban tambahannya cuma sedikit. Banyak yang memasang beban bertumpuk-tumpuk dengan memanfaatkan pemberat dari gir, bandul kruk as, dan kunci-kunci. “Malah saya pernah lihat ada yang pakai aki mobil sebagai pemberat,” tukas Mukhlisin alias Ocien, mekanik Gofai Racing Team (GRT), Jakarta.
Mirisnya lagi, penempatannya asal ada lokasi yang kosong di bagian motor. Pengikat bebannya juga hanya mengandalkan insulok (kabel ties). “Kami pernah coba pasang pemberat di ujung rangka belakang. Efeknya motor cenderung mudah standing dan bagian belakang jadi liar saat start,” papar Ocien.
Eh, benar saja. Tak lama kemudian salah satu dragster kelas FFA matic yang postur tubuhnya kecil dengan pemberat yang cukup banyak di sasis tengah dan ujung buritan pacuannya, dipaksa jumpa-litan. Motor tak terkendali usai lepas dari garis start. Pemberat tambahan yang menggunakan tumpukan gir, mental kena muka salah seorang penonton.
“Bisa saja mekanik mengganti atau memodifikasi sasis motor dengan yang lebih berat. Tapi, fenomena yang terjadi di lapangan, kan satu motor jokinya gonta-ganti. Berat badan joki yang satu dengan yang lain berbeda-beda,” tukas Indra Gunawan, bos GF Racing Team.
Cara lain bikin pemberat khusus yang pemasangannya dibikin se-safety mungkin, seperti yang dilakukan oleh tim GF Racing. “Pemberatnya dikancing pakai baut di bawah mesin (baca hal.13). Atau bisa juga di sasis tengah, lalu diikat pakai strap biar tidak mudah lepas. Joki saya mana mau ngegas kalau motornya gak safety,” imbuhnya.
Seharusnya, lanjut Indra, panitia harus ngecek penempatan beban tambahannya. “Jika belum safety, motor itu tidak boleh start. Bila perlu pemberatnya disegel, tidak boleh dilepas sampai final. Guna mengantisipasi kecurangan beban dilepas lagi usai scrut,” sarannya.
Editor | : | Motorplus |