Grasstrack Tasela Cup Open (GTCO) 2014, yang berlangsung di sirkuit Puncak Tasela Menol, Cipatujah, Tasikmalaya, Minggu lalu (9/2) sangat natural. Trek berada di kawasan perbukitan Cipatujah.
Apalagi, lay out cukup menantang untuk 205 starter kontestan GTCO, terutama bagi grasstracker pemula yang baru pertama kali terjun balap. Bentuk lintasan sedikit terjal dan berkelok yang jadi ciri khas alam perbukitan. Ditambah lagi panjang lintasan mencapai 1.100 meter, sehingga bikin tracker harus adu kejelian untuk mencari jalur yang tepat.
“Trek ini asalnya lokasi tambang pasir. Supaya bisa bermanfaat kami jadikan sirkuit,” buka Iting dari Tasela, promotor GTCO.
Wilayah di selatan Jabar condong dikelilingi perbukitan dan juga pegunung-an. “Sangat menantang dengan sirkuit alam seperti ini. Panjangnya pas. Tapi, lebar mesti sedikit ditambah supaya pembalap enggak menumpuk di tikungan,” ujar Eko Daryanto, tracker tim ASB Racing Ciamis.
Dari beberapa sirkuit alam di Jabar, sebagian besar masih dipakai balap cakar tanah. Meskipun terkadang ada promotor yang bikin sekali jalan, lantas setelah balapan digelar sirkuit dibiarkan terbengkalai.
“Sirkuit yang masih digunakan Cimerak, Sindangsari, dan daerah Pangandaran. Desain sirkuit alamnya pun cukup bagus untuk grasstrack dan motocross,” jelas Hans Senjaya dan Heru, Juri Balap GTCO.
Banyaknya trek alam bikin pembalap pintar. Apalagi dengan kondisi cuaca seperti sekarang ini, terkadang panas menyengat dan tiba-tiba turun hujan deras.
“Di sini tanahnya lumayan bagus. Meskipun merah, tapi tidak terlalu licin. Apalagi waktu trek kering, lebih enak dilibas. Tapi pas turun hujan lengket. Men-ding pas balap hujan sekalian, jadi lebih stabil karena ikut dibantu dengan adanya air hujan,” cuap Heri Kui, tracker pemula tim Walet Racing Speed Sumedang.
Senada diungkapkan Johan. “Jika dibandingkan dengan sirkuit alam lain, di sini lebih nyaman. Sarana penunjang kelayakkan sirkuit bagus sekali,” timpal pembalap Tasikmalaya dari tim SM Bilqis. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR