Walau mesin sudah dibore up gede namun bila setingannya gak pas, hasilnya tak akan bisa signifikan. Ibarat bikin masakan, kalau ramuan atau bumbunya tidak tepat, pasti rasanya bakal amburadul.
Sudah banyak bukti, Yamaha Jupiter MX135 mengaplikasi piston 66 mm, tapi powernya enggak bisa lebih dari 20 hp. Tapi, berbeda dengan ramuan bengkel racing Tekno Tuner (TT) yang bermarkas di kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Mengaplikasi bore up kit SRP dengan diameter piston 66 mm, Han sang punggawa TT mampu mengerek tenaga maksimum si Jupe MX hingga 27,48 hp/9.042 rpm. Dengan torsi puncak 23,22 Nm/7.644 rpm. Woowww… Setara, Kawasaki Ninja nopekgo yang sudah pakai knalpot racing, nih!
Maklum, soalnya si Jupe MX ini dipakai buat balap lurus. Jadi, tenaga mesti galak atas-bawah. Tentunya untuk bisa mencapai performa sebesar itu, banyak ubahan yang diterapkan selain membesarkan kapasitas silinder.
Ssstt.., meski mengaplikasi piston 66 mm, “Kapasitas silindernya 225 cc, lho,” bisik Han. Owww… pantes aje! Soale, Jupiter MX 135 kalau cuma pakai piston 66 mm, volume silindernya hanya jadi 184,65 cc.
Artinya, langkah piston (stroke) oleh Han dipanjangin pula nih. Tapi, seberapa banyak di-stroke (stroke standar Jupiter MX = 54 mm)? Sepertinya oleh Han dibikin jadi squere engine. Maksudnya, bore dan stroke diset sama besarnya.
Kalau dimasukkan ke dalam rumus menghitung volume silinder (3,14/4 x D² x T : 1.000) , dimana D adalah diameter piston dan T adalah panjang langkah piston atau stroke, makan 0,785 x 66 x 66 x 66 : 1.000 = 225,68 cc.
Namun, tentunya tak hanya itu dong. Untuk mengail volume gas yang lebih banyak ke ruang bakar menyesuaikan volume silinder yang membengkak, serta untuk memperlancar aliran gas buang, saluran masuk dan buang turut digedein alias diporting.
Mengimbanginya, komponen pengabut bahan bakar ditugaskan karburator Keihin PWL 26 mm. Namun, biar debit gas yang disap ke ruang bakar lebih banyak, venturinya direamer lagi jadi 30 mm. Lalu, spuyernya pakai kombinasi pilot jet 45, sedang main jetnya 120.
Ditambah profil kem dibenahi ulang. Tapi, mengenai durasi dan liftnya, Han bilang itu rahasia dapur. “Yang jelas diameter klep in digedein jadi 22 mm buat mancing aliran gas yang lebih deras ke ruang bakar. Sedang ex-nya pakai 19 mm,” tukasnya.
Selanjutnya rasio kompresi mesin dipadatin dengan menata ulang volume kubah kepala silinder dikombinasi piston ber-dome tinggi yang sudah sepaket dengan bore up kit yang digunakan. “Bersihnya sekitar 12 : 1. Dengan kompresi segitu, bahan bakarnya pakai Pertamax Racing,” paparnya.
Nah, biar mesin bisa berkitir tinggi dan putarannya enteng, sistem pengapian diubah jadi total loss. “Tapi, magnetnya tetap pakai bawaan motor. Hanya sepulnya saja yang dilepas,” imbuh Han.
Sementara urusan menajemen timing pengapian, Han mengandalkan CDI BRT I-Max 16 step. Sedang penyalur gas hasil pembakaran, dipercayakan pada knalpot buatan WRX keluaran lama.
Oh ya, karena di ajang kebut lintasan lurus butuh perpindahan gigi yang cepat, Han mengganti rasio gigi ke 4. "Perbandingan dibikin closed ke gigi 3. Soalnya standarnya agak jauh," tukasnya.
Wrrooommm… (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR