Kawasaki Athlete punya tim SGM Racing Team (SRT), Binjai, Sumatera Utara, fokus bermain di putaran atas. Putaran mesinnya mencapai 14.500 rpm. Hasilnya, Athelete yang dipakai B’Coco dan Giri Wanggai menguasai podium tertinggi balapan grasstrack di Asahan, Sumut, beberapa minggu lalu.
“Karakter Athlete kuat di bawah. Tapi, putaran atasnya enggak bisa bagus. Makanya, ada komponen diganti supaya putaran mesin bisa tinggi,” ujar Sugeng Pramono, tunner SRT.
Pilihan supaya putaran mesin bisa sampai 14.500 rpm, ada di pengapian. Terutama magnet. Magnet standar Athlete diganti dengan rotor Kawasaki Kaze.
“Lebih ringan dari yang standar, tapi beratnya di atas magnet SE. Kalau pakai magnet SE, malah rpm atasnya enggak bisa jalan,” kata Sugeng yang bermarkas di Jl. Gatot Subroto, No. 54, Binjai.
Supaya momen puntirnya bisa mencapai puncak 14.500 rpm, bandul kruk-as diperberat. Beban bandul standar Athelete ditambah 500 gram.
Dengan gasingan rpm yang terhitung tinggi, Sugeng juga harus bermain aman. Makanya, rasio kompresi mesin enggak dibikin melambung. Cukup dipatok di angka 11 : 1.
“Bahan bakar pakai Pertamax Plus. Pembalapnya pun harus pintar gantung gas. Jangan sampai rpm bawahnya turun di bawah 5.000 rpm. Dengan cara ini, power mesin bisa terus-terusan bertahan,” jelas Sugeng yang berkumis.
Durasi kem diubah dengan mengandalkan camshaft mobil Honda Estilo. Durasi buka-tutup klep in, 281 derajat dan klep buang, 279 derajat.
“Sebenarnya saya bikin persis karakter road race. Kalau murni pakai spesifikasi balapan tanah, agak susah. Karena di Sumut rata-rata treknya panjang-panjang. Kelokannya pun bisa rpm menengah,” ulas Sugeng.
Karena mengandalkan rasio standar, gir depan-belakang yang cukup diatur ulang. Perbandingan sproket depan-belakang jadi 13/ 55 mata.
“Kita pernah coba beberapa kombinasi sproket. Tapi, enggak bisa dukung spek mesin. Akhirnya ketemu perbandi-ngan 13/ 55 mata. Dibikin berat supaya rpm bisa tinggi,” tutup Sugeng. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR