Tahun lalu rider MotoPrix harus melewati tahap QTT, penyisihan, dan balap satu race. Tapi, musim ini babak penyisihan dihapus dan balapan berlangsung tetap satu kali. Konon alasan dibuat regulasi seperti satu race, untuk memberikan nuansa berbeda dari IndoPrix (IP). Selain itu, MotorPrix (MP) diarahkan sebagai ajang pembibitan para pembalap muda. Jadi, balapan MP tidak perlu digelar dua race. Konsekuensi balapan satu babak jumlah lap ditambah.
“Kami ingin pelaksanaan MP meng-ikuti standar internasional. Ada sesi latihan resmi, QTT, warm up, dan race. Racenya hanya sekali kayak di MotoGP. Jadi, suatu ketika mereka naik ke jenjang yang lebih tinggi, mereka sudah terbiasa dengan aturan internasional,” tukas Eddy Horison dari Biro Balap Motor PP IMI.
Selain itu, lanjut Eddy saat ditemui Em-Plus di seri III MP region 1 di Jl. Cut Nyak Dien, Pekanbaru, Riau (15-16/3), dengan dibikin 1 race biaya balap jadi lebih hemat. Pengeluaran komponen jadi lebih rendah.
Tapi, alasan itu justru dianggap aneh sebagian besar pelaku balap MP. “Memang sih dari segi pengeluaran spare part jadi hemat. Tapi, pembalap jadi susah ngejar poin ketika gagal di race pertama. Kalau dua race, ketika di race pertama gagal, pembalap masih punya semangat untuk memperbaiki di race ke-2. Sehingga skill balap dengan sendirinya makin terasah,” tukas Becky Novswananda, pembalap seeded tim Honda NHK Bostar Kitakita Medan, Sumatera Utara
“Kalau satu race seperti untung-untungan. Kalau beruntung bisa finish di depan, kalau tidak ya pasrah saja,” keluh Rudy Hadinata, owner tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya, Bandung.
Rohadi Kupret, tunner dari Jakarta yang menangani pacuan Becky Nouswananda punya pendapat lain. “Justru salah kalau untuk pembibitan hanya dibikin satu race. Satu race enggak bikin cepat pemula pintar,” tukasnya.
Lanjut Kupret lgai, di MP kebanyakan pemula punya gaya balap cenderung masih enggak beraturan. “Peluang me-reka melakukan kesalahan saat start atau dalam lomba sangat besar. Kalau terjatuh dan tak bisa meneruskan lomba, mereka terpaksa bengong dong. Trus apa yang bisa dipelajari?” ujarnya. Hayo, apa hayo.?
Abdul Malik, Kepala Mekanik dan Manager tim Yamaha Yamalube TJM Ra-cing Jakarta juga sepakat dengan Kupret. “Aturan ini dicoba akhir 2012 silam, gue yang paling tidak setuju. Karena tidak mendidik untuk pemula. Saat gagal atau buat kesalahan di balapan, masak harus nunggu beberapa hari atau minggu di seri berikutnya?” sahut Malik.
Malik pun didukung Pepen Purnama, pemilik tim Honda Golden, Subang. “Balikin saja dua race. Balapan akan punya strategi untuk mengambil kesempatan tiap race. Kalau untuk menghemat, namanya juga balap, pasti biayanya mahal,” tutup Pepen. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR