Xavier Simeon, rider Moto2, yang disponsori dan menggunakan KYT bingung dengan mental wani piro alias berani bayar berapa yang ada di diri beberapa pembalap Indonesia. Biar tahu jawabannya silakan lanjut baca petikan wawancara dengan pembalap asal Belgia ini. Xavier pun bicara banyak awal pertama kali tahu KYT.
MOTOR Plus (MP): Jangankan pembalap senior, pembalap pemula di Indonesia sudah memperhitungkan berapa besar dibayar tim. Bagaimana menurut kamu soal ini?
Xavier Simeon (XS): Hah? Kok bisa punya pikiran seperti itu, kan masih pemula. Ini bertentangan dengan fakta mayoritas pembalap dunia. Saya atau pun mereka yang sudah turun di Moto2 pasti mengalami hal yang sama. Berkorban habis-habisan sebelum menginjak jenjang dunia. Kalau sejak awal balapan nasional cuma berpikir berapa besar tim bayar ke si pembalap, wah itu mental enggak bagus. Tidak akan bisa maju ke level dunia.
MP: Siapa yang paling banyak berkorban sampai kamu bisa ke Moto2?
XS: Orang tua saya. Orang tua saya banyak habis duit untuk bikin saya seperti sekarang. Pengorbanan orang tua saya tidak bisa dihitung lagi. Kami harus pindah dan balapan di Italia karena di Belgia tidak punya program dan jenjang balapan yang jelas. Pindahnya ke Italia saja butuh dana besar.
MP: Bagaimana perasaan kamu awal menggunakan helm KYT?
XS: Biasa saja. Pas saya pakai langsung cocok dan nyaman. Saya pakai tes pun baru terasa memang kelasnya sudah sangat layak untuk helm balapan dunia. Tapi, beberapa bulan sebelum pakai, saya sudah lihat produksi dan quality controlnya KYT yang saya pakai. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR