Sementara kalau ECU stand alone merupakan modul pengontrol yang mandiri. Bisa mengadjust secara langsung output dari sensor-sensor yang ada pada sistem injeksi. Termasuk waktu pengapiannya.
Kedua peranti ini biasanya digunakan saat mesin membutuhkan debit bensin lebih atau timing pengapian yang ideal usai diupgrade. Namun banderol keduanya cukup mahal, bisa di atas Rp 2 jutaan. Paling murah yakni produk BRT (ECU stand alone Juken) yang dilego sekitar Rp 1,2 juta berikut remote buat mappingnya.
Makanya bagi yang punya dana kembang kempis, pasti bakal mikir-mikir 7 keliling. Apalagi bila ubahan mesinnya cuma ganti knalpot, porting polishing atau ganti kem doang. Nah, mungkin karena alasan inilah salah satu produsen sistem pengapian motor merilis sebuah modul murah meriah, yakni Cheetah Power. Tapi, kerjanya untuk menipu O2 sensor
Kalau menengok cara kerja O2 sensor sistem closed loop (narrow band) yang menghasilkan tegangan sendiri, bisa ditebak bahwa modul ini bekerja memberikan tahanan (resistansi) dengan nilai tertentu pada kabel yang keluar dari O2 sensor. Sehingga tegangan yang terbaca oleh ECU berubah.
Besarnya tahanan dikondisikan lewat saklar yang disediakan pada modul. Untuk melayani putaran menengah ke atas dikasih 8 pilihan (step) lewat 4 saklar yang di posisikan sebelah atas.
Saat Em-Plus coba ukur pakai multitester, pada step 1 terukur sebesar 7,42 ?. Sedang step berikutnya step rata-rata turun sekitar 1 ?. Sementara untuk low to mid rpm (4 saklar sebelah bawah) diberi 15 step.
Editor | : | Motorplus |