Seperti kita ketahui, cara kerja piggyback menipu output yang keluar dari MAP (Manifold Air Pressure) sensor menuju ECU (Electronic Control Unit). Agar ECU memerintahkan injector menambahkan atau mengurangi debit bensin ke ruang bakar.
Sementara kalau ECU stand alone merupakan modul pengontrol yang mandiri. Bisa mengadjust secara langsung output dari sensor-sensor yang ada pada sistem injeksi. Termasuk waktu pengapiannya.
Kedua peranti ini biasanya digunakan saat mesin membutuhkan debit bensin lebih atau timing pengapian yang ideal usai diupgrade. Namun banderol keduanya cukup mahal, bisa di atas Rp 2 jutaan. Paling murah yakni produk BRT (ECU stand alone Juken) yang dilego sekitar Rp 1,2 juta berikut remote buat mappingnya.
Makanya bagi yang punya dana kembang kempis, pasti bakal mikir-mikir 7 keliling. Apalagi bila ubahan mesinnya cuma ganti knalpot, porting polishing atau ganti kem doang. Nah, mungkin karena alasan inilah salah satu produsen sistem pengapian motor merilis sebuah modul murah meriah, yakni Cheetah Power. Tapi, kerjanya untuk menipu O2 sensor
“Sekarang malah sudah ada versi ke-3-nya,” tutur Rommy Hermawan yang jual modul ini seharga Rp 140 ribu di Java Motor Sport Jl. Raya Ciputat No.42, Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Fungsinya sama, yakni buat memanipulasi output yang akan dikirim ke ECU, agar nantinya ECU memerintahkan injector untuk menambah semprotan bensinnya. Bedanya, kali ini lewat sensor oxygen (O2 sensor).
Kalau menengok cara kerja O2 sensor sistem closed loop (narrow band) yang menghasilkan tegangan sendiri, bisa ditebak bahwa modul ini bekerja memberikan tahanan (resistansi) dengan nilai tertentu pada kabel yang keluar dari O2 sensor. Sehingga tegangan yang terbaca oleh ECU berubah.
Jika tegangan yang dikirim ke ECU kurang dari 0,5 volt, maka ECU ngebacanya pembakaran terlalu kering. Sehingga kemudian memerintahkan injector untuk nambah semprotan bensinnya.
Besarnya tahanan dikondisikan lewat saklar yang disediakan pada modul. Untuk melayani putaran menengah ke atas dikasih 8 pilihan (step) lewat 4 saklar yang di posisikan sebelah atas.
Saat Em-Plus coba ukur pakai multitester, pada step 1 terukur sebesar 7,42 ?. Sedang step berikutnya step rata-rata turun sekitar 1 ?. Sementara untuk low to mid rpm (4 saklar sebelah bawah) diberi 15 step.
Selain ukur resistansi yang ada pada modul, Em-Plus juga coba ukur perubahan air fuel ratio di atas mesin dyno untuk membuktikan kinerja alat ini. Tapi, hanya beberapa step saja yang diuji. Hasilnya, silakan lihat tabel hasil pengetesan. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR