Tapi, apapun yang terjadi di PP IMI tetap harus punya kesadaran. Pikirkan dong pelaku balap, yakni tim dan pembalap. Merekalah yang jadi aktor pelakunya aturan dan event yang direkomendasi PP IMI.
Silakan cek, perseteruan di tubuh PP IMI pun sebenarnya kurang berpengaruh besar pada para pelakunya. Jujur saja kalau mau ekstrem, tanpa PP IMI pun balapan akan tetap jalan.
Lihat saja sekarang, meski gosip kencang konflik pengurus di PP IMI, balapan nasional jalan tuh. “Silakan deh pada berantem, tapi pikirin dong bagaimana bikin aturan balap yang tegas dan adil,” timpal An An Kuda, pelaku road race nasional sejak tahun 1995.
An An memimpikan yang tidak terjadi seperti eranya sebelum 1998. “Sekarang, kan zamannya demokrasi. Butuh orangorang yang enggak cuma mikirin diri sendiri,” kata An An yang sekarang jadi manager racing untuk produsen knalpot R9.
Omongan An An diiyakan Edmond Cho. Obos, panggilan akrab Edmond Cho, tetap berharap PP IMI memperlihatkan sebagai induk organisasi balap tertinggi di Indonesia.
“Silakan konflik atau berantem deh. Tapi, berantemnya demi balapan nasional dong. Pikirkan bagaimana merangkul semua pabrikan motor supaya pembalap Indonesia bisa go internasional. Sekarang ini pabrikan seperti jalan sendiri-sendiri,” ujar Obos yang termasuk tokoh road race Indonesia.
Maksud Obos, PP IMI bisa mengelola bagaimana proyek pabrikan untuk pembalap Indonesia supaya bisa ke kejuaraan dunia. “Seperti zaman dulu eranya 1970-an. Indonesia disegani di Asia. Kenapa bisa begitu? Meski dulu belum ada yang namanya IMI, tapi tokoh otomotif yang mengurus pembalap punya visi jelas,” cocor Obos.
Pendapat Obos pun didukung Rafid Poppy Sugiarto. Juara Nasional Underbone 2001-2002 ini tetap melihat PP IMI harus tegas. “Tegas menyatukan semua pihak untuk mendukung pembalap supaya bisa balapan dunia. Jangan jalan sendiri-sendiri yang akhirnya putus di tengah jalan,” ulas Rafid Poppy.
“Betul. Nasib pembalap Indonesia sangat bergantung PP IMI yang katanya induk organisasi tertinggi,” tambah M. Fadli, rider tim Honda AHRS. “Jangan cuma mementikan kepentingan anggotanya. Lihat saja jadwal kejurnas sudah lama sering berubah,” tutup Agi Agassi, crosser nasional dari tim Husqvarna Indonesia. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR