Bagi sebagian mekanik, mengaplikasi peranti performa bolt on, belumlah cukup untuk mendongkrak performa. Makanya tak jarang yang kemudian ambil langkah custom.
Untuk dapat peningkatan performa yang banyak, memang tak ada cara lain selain mengganti komponen mesin pakai yang bespesfikasi high performance, atau mengupgrade kinerjanya (korek).
Tapi, langkah korek dapur pacu, tak semua pemilik motor mau melakoninya. Karena ketika sewaktu-waktu mau dikembalikan ke kondisi standar, butuh cost gede lagi. Seperti halnya yang dilakukan Yohanes Auri pada Kawasaki Ninja 250 FI 2013 miliknya.
Pria yang berdomisili di Puri Mansion, Jakarta Barat ini lebih memilih pakai high performance part bersifat bolt on, ketimbang utak-atik mesin 2 silindernya. Namun untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, pria 29 tahun ini membebaskan komponen bolt on tersebut direkayasa.
”Makanya coba akali di knalpot diikuti setting fuelnya lewat piggyback,” beber Hardy, punggawa Top Setup di Taman Meruya Plaza Blok E14 No. 26, Jakarta Barat.
Tapi, sebelumnya untuk memancing pasokan bahan bakar yang banyak, Hardy mengganti filter udara standar dengan keluaran K&N. Dengan logika, “Jika udara yang masuk diperbanyak, maka otomatis fuel bisa ditambah,” terangnya.
Nah, buat nambahin bensin untuk mengimbangi udara yang kian deras, Hardy menyandingkan piggyback Power V Commander (PVC) keluaran Dynojet pada ECU standar. “Piggibacknya dimapping ulang sampai didapat AFR (air fuel ratio) sekitar 13 : 1,” tambahnya.
Dalam proses mencari perbandingan udara dan bensin yang diinginkan, Hardy juga sembari nyetting knalpot Leo Vince Cobra yang ditugasi menyalurkan gas buang. “Coba riset headernya (leher knalpot). Dicari diameter yang pas. Modelnya dibikin 2-1,” paparnya.
Dari beberapa kali uji coba, akhirnya didapat diameter leher knalpot yang cucok. “Setelah jajal 3 macam diamater pipa, hasil terbaik didapat ketika pakai pipa berdiameter dalam 1 ¼ inci (38 mm). Sementara pada titip pertemuan 2 header, gue kombinasi dengan pipa berdiameter dalam 50 mm,” jelas Hardy.
Selain itu, lanjutnya, perancangan konstruksi saluran gas buang tersebut dibuat minim tekukan ekstrem. Sasarannya tak lain untuk meminimalkan hambatan pada aliran gas buang. “Makanya bikin headernya pakai sistem elbow biar tekukannya gak peyang,” tukas Hardy.
Hasilnya tak sia-sia, saat uji dyno di bengkel Ultraspeed Racing, dapur pacu Ninja 250 milik Yohanes sukses meraih tenaga sebesar 31,4 hp di putaran 12.323 rpm atau naik hampir 3 hp dari kondisi standarnya yang berada di kisaran 28,79 hp. Itu pun dicapai pada putaran yang lebih rendah (11.445 rpm). Dengan kata lain, power band Ninja 250 Yohanes jadi makin luas.
Sayangnya torsi puncak hanya terukur 19,37 Nm atau naik sebanyak 0,53 Nm dari kondisi standar yang mencapai 18,84 Nm di 8.494 rpm. Tapi, kalau dilihat perolehannya di putaran yang lebih tinggi, yakni di 10.338 rpm, peningkatan torsinya terbilang lumayan, mengingat di putaran yang sama (10.338 rpm) Ninja 250 FI standar hanya meraih torsi 18,55 Nm. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR