Kalau melihat status kejurnas drag bike 2 tahun belakangan ini, sudah tidak menjadi populer lagi. Titel kejurnas belakangan ini justru kalah populer dengan klub event dengan banyaknya jumlah starter dari seluruh Jawa.
Lihat gelaran GM Drag Bike (GMDB) 2014 di Kenpark Surabaya. Sebanyak 194 starter, banyak mengira jika gelaran tersebut bukan kejuaraan nasional. Dan lagi-lagi starternya juga masih di kalangan Jatim.
“Sampai detik ini banyak yang masih bingung masalah titel kejurnas. Menurut saya justru pembalap banyak yang takut. Kalau ada event dengan gelaran kejurnas, dalam artian sudah takut kalah duluan dengan motor yang sudah sering jawara,” jelas Andy juragan Andy Speed asal Surabaya.
Sebenarnya banyak hal yang membuat event kejurnas sepi starternya. Menurut Arif Tijil bisa jadi dari pemakaian lampu start yang dirasa terlalu ketat. Berbeda dengan lampu start yang biasa dipakai di Jawa Tengah atau Jawa Barat. “Jika pakai lampu lain di kejurnas starternya jadi banyak,” bilang pembalap dari tim Jugala RF Conk CMT Malang.
Angga juga punya alasan tersendiri, “Seharusnya kalau memang punya nyali, pembalap nggak takut dengan lampu start yang model begini. Jangan bangga dengan keberhasilan mencuri start,” tantang penyelenggara GMDB kemarin.
Selain itu penarik jumlah starter bisa diperhitungkan untuk sosialisasi. Urusan itu pihak promotor dan pihak IMI harus saling membantu supaya event nasional bisa tercapai.
“Seharusnya dari promotor melakukan sosialisasi dari jauh-jauh hari. Selain itu publikasi media juga sangat penting jangan hanya pakai satu media saja,” keluh F. Tumi pembalap andalan tim Kaisar Motor Mahkota Surabaya.
Mungkin jika melihat promotor saja tidak adil. Event yang diadakan adalah bertaraf nasional, dimana keberadaan IMI juga sangat diperlukan supaya event menjadi sukses. “Setahu saja PP IMI harus tegas, dalam hal ini semua event serupa jika ada titel kejurnas ya ditiadakan,” sebut Bambang Haribowo ketua IMI. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR