Dominasi tim besar pemenang di tiap kelas utama Kejurnas Grasstrack masih kelihatan. Contohnya tim Cargloss AHRS 86 Tech IRC SBT Try INK, yang mengandalkan pembalap Akbar Taufan. Di tiga kelas utama kategori Senior di Kejurnas Grasstrack, Region 2, seri II yang berlangsung di sirkuit GOR Sasana Krida Adhikarsa, Brebes, Akbar nyaris tidak terbendung grasstracker lain.
“Banyaknya sponsor penunjang tim besar. Otomatis bisa bikin motor yang didukung komponen mahal,” ujar Angga Prasetyo Dimas, Assisten Manager tim RCD Racing D1 Decalworks yang pembalapnya bernama Edward Sutrisno.
Ini kenyataan di kejurnas grasstrack lima tahun ke belakang. Tim-tim jadi aktor utama. Maksudnya tim besar, besar dari sisi dana, baik itu dana dari sponsor ataupun dana pribadi.
Faktanya Juara Nasional Grasstrack Senior tiga tahun belakangan enggak lepas dari nama Akbar Taufan dan F. Chimon, tracker asal Bandung dari tim MPS Honda Banten KYT R9 IRC Kawahara VMX, Banten.
Jauh beda dengan tim kecil yang dananya terbatas. Mereka harus puas jarang menikmati podium. “Bikin satu unit motor saja harus menguras kocek dalam-dalam. Kalau tim besar, bisa beli teknologi canggih,” timpal Karmani, ayah dari tracker Rivaldy Julian, dari tim SBT Try INK 86 Tech, Semarang.
Artinya, dana segunung yang dimiliki tim akan bikin motor punya performa sempurna. “Setidaknya jangan terlalu mengandalkan motor kencang. Percuma motor kencang kalau skill pembalap enggak bisa ngimbangi. Jadi mesti seimbang, antara motor dan kemampuan pembalapnya,” cuap Kadek Candra, pencakar tanah asal Bali, yang memilih fokus terjun di kejurnas grasstrack region 2.
Kalau begitu, dominasi tim besar ditentukan dua faktor. Selain dana yang besar untuk membangun motor yang terbaik, pembalap papan atas pun bisa diikat kontrak.
Senada yang diungkapkan Tommy MJ. Menurut Tommy sekarang ini kemampuan pembalap terbilang cukup merata. “Yang membedakan hanya faktor motor. Tapi, belakangan ini malah pembalap dengan tim yang minim sponsor pun sudah mulai unjuk gigi. Malah, kerap menempel ketat di belakang pembalap dari tim besar,” jelas pembalap senior dari tim MJ44 IRT 18 Raksagama JMR Custom, Sumedang. Prinsipnya semoga grasstrack sebagai balapan rakyat enggak berubah. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR