Handicap di sirkuit grasstrack jadi kunci balap tanah keriting semakin menggila. Makanya, begitu ditawarkan terkait sirkuit tanpa rintangan rata-rata insan grasstrack tegas menolak.
Seperti yang kelihatan di Kejurnas Grasstrack (KG), Region 2, Seri III, sirkuit Dangiang Galuh Pakuan, Rest Area KM 72A, Purwakarta, Jawa Barat, minggu lalu. “Tanpa rintangan berarti mundur.Teknologi balap bakal drop. Juga, lirikan sponsor untuk mendukung tim pun dijamin tak segencar saat ini,” tandas M. Fachmi MPS, manager tim MPS Honda Banten KYT R9 IRC Kawahara VMX. Komentar ini diaminin Baban Subhan bos dari tim BMC 549 ART SIR 122.
Intinya, karakter sirkuit penuh rintangan seperti jumpingan, belokan extreme, hingga camel mendorong para tunner le-bih kreatif meriset besutan garuk tanah.
“Praktis tanpa sirkuit variasi handicap riset jadi ala kadarnya. Mesin kenceng dan modif kaki-kaki super pun jadi mubazir. Ujung-ujungnya kompetisi jelas bakalan tak menarik,” ungkap Songa dan Agus Sucipto, dua tunner yang masing-masing spesialis meracik mesin 4-tak dan 2-tak.
Untuk para pembalap pun ogah jika sirkuit dibikin tanpa rintangan. “Tanta-ngannya jadi enggak ada. Itu kan justru tak mendidik, terlebih untuk para pembalap muda,” kompak Chikal Faizal dan Sandy Irawan, grasstracker senior asal Jabar.
Menariknya pembalap muda pun, sudah bisa tegas. “Banyak rintangan, semakin seru. Skill dan mental benar-benar teruji, ,” tutup Rizky dan Prabu Renanda, dua pembalap muda terbilang getol ngikut event grasstrack Tanah air. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR