Banyak tim nasional cakar tanah, kini sudah mulai meninggalkan bensol. Mereka beralih pakai Pertamax Plus. Seperti yang terlihat pada Kejurnas Grasstrack (KG), Region 2, Seri V, di sirkuit Perum Permata Indah, Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat. Dari 320 starter yang hadir, rata-rata menggunakan BBM yang berwarna merah.
“Memang, bensol bikin mesin terasa enteng. Mulai tarikkan awal hingga tengahnya terasa sekali. Apalagi, pas sudah di putaran atas, pasti bisa lebih maksimal,” ujar Akbar Taufan, tracker senior tim Cargloss AHRS 86 Tech IRC SBT TryInk Semarang yang tahun ini pakai Pertamax Plus.
Alasan tim-tim mapan pakai Pertamax Plus karena belakangan ini bensol terbilang langka. Kalau pun ada yang jual, harganya jualnya melambung tinggi.
“Kebetulan sejak awal saya balapan saya belum pernah merasakan pakai bensol. Mungkin dulunya orang berpikir, bensol punya oktan lebih tinggi. Jadi, dianggap lebih bagus,” cuap Fajar Ardiansah, pencakar tanah junior tim MPS Honda Banten KYT R9 IRC Kawahara VMX.
Senada yang diungkapkan Restu Aldiana. “Pertamax Plus tetap bikin mesin aman dan biayanya murah. Untuk setingan juga mudah,” cuap pembalap tim Marta Jaya 56 itu.
Penggantian bensol ke Pertamax Plus diperlukan ubahan secara keseluruhan. Mekanik juga dituntut untuk jeli. “Pastinya mesti atur lagi kompresi. Diimbangi juga pengaturan spuyer karburator,” jelas Adriansyah, Kepala Mekanik tim MPS Honda Banten KYT R9 IRC Kawahara VMX.
Begitupula yang dilakukan Andi Hermawan. “Magnet diubah posisi topnya karena kompresi turun pas pakai Pertamax Plus. Itu bisa sedikit menjamin mesin lebih awet,” timpal mekanik tim MJ44 IRT 18 Raksagama JMR Custom. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR