Kata ketiganya, tren big wheel ini mulai rame di Amerika tahun 2010. “Di Indonesia pastinya nggak lama lagi. Memang, sekarang ini yang pakai big wheel masih dihitung jari. Selain kami-kami, hanya ada segelintir brother, salah satunya ada satu di Semarang. Kami optimis, nggak lama lagi jadi tren,” jelas Tedja.
Pas sesi foto, kami sengaja sandingkan satu choppers ala boardtrack milik Bikers Station. Itu untuk sekadar membandingkan betapa besarnya diameter roda motor ketiga brothers kita ini. X-treem!
Trike Bingky kita nikmati duluan. Awalnya roda depan hanya dijejali pelek limited edition diameter 23“, Tarantula karya inovatif Cory Ness. He..he. ia nggak puas juga. Tampilan terbarunya pelek 30” buatan SMT Machines. Dibantu co-pilotnya, LM De Condors Eko Yulianto, ia mengambil tema glam rock-nya bikers. Makanya, diberi nama New Rock Trike. Doi nge-rock abiz untuk jarahannya kali ini. Mungkin ia banyak melihat lelaku riding dengan rock attitude para rockstar dalam film pendek Motley Crue, XYZ, Loudness, Judas Priest atau yang lainnya.
Konstruksi sasis dari Frankestein trikes dipadu sumbangan customizer lokal dan mancanegara. Karya-karya handmade Bikers Station (BS) dominasi beberapa bagian. “Peranti penunjang semisal tangki, triple three, variasi lainnya dibuat handmade,” jelas Bingky. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR