Misalnya, ketika meriset knalpot, ia memberikan contoh produknya ke banyak tim dan pembalap, lalu mereka dimintai komentarnya, baik kelemahan dan kelebihannya. Karena kebutuhan tiap pembalap dan tim berbeda-beda, semua ditampung. "Dari menampung masukan itu, akhirnya saya tarik kesimpulan, dengan mengklasifikasikan penggunaan knalpot. Knalpot untuk harian, untuk bore up harian, untuk balap dan harian, dan knalpot yang full buat balap," jelasnya.
Dodo juga sangat menjunjung tinggi komitmennya tentang ATM. Bukan ATM yang buat tarik duit ya, tetapi ATM yang dimaksud Dodo singkatan dari Amati Tren Modifikasi. Dengan mengamati tren di kalangan pembalap, ia mengaku bisa menyesuaikan produknya lebih mudah.
Dodo tidak hanya mengembangkan satu merek saja. Untuk meramaikan pasar, ia juga membuat merek lain sebagai second brand. "Dengan adanya merek lain, persaingan juga makin ramai. Pasar lebih bergairah," ujar jebolan pria yang awal berkarir di dunia motor, sebagai Kepala Mekanik salah satu dealer Yamaha di kawasan Ciledug, Tangerang ini.
Tak hanya hambatan di awal membangun merek, setelah sukses pun Dodo merasakan gangguan. "Paling menyakitkan, ketika hasil riset saya dicuri orang. Benar-benar saya riset dari nol, tahu-tahu ditiru produk asal Malaysia," kenangnya. Oalahh... (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR