Balapan berkelas nasional wajib punya kamera di sirkuit. Kalau ada insiden, panitia bisa tahu persis bagaimana insiden itu terjadi, posisi jatuh, fatal, atau tidak dan sebagainya. Ini sangat diperlukan saat penanganan medis dan evaluasi detail terhadap accident. Bisa dianalisa juga siapa yang salah saat fight dan sebagainya.
Dalam situasi paling ekstrem yang meminta nyawa pembalap, tim balap, panitia diusahakan mampu mengusahakan otopsi walau mengalami kendala seperti dilarang pihak keluarga. Otopsi ini menjadi satu-satunya cara paling logis untuk mengetahui penyebab kematian dam jadi bahan evaluasi ke depan agar penyelenggaraan lebih baik lagi.
“Ini berkaitan dengan etik medik. Dokter atau panitia tidak bisa memaksa jika keluarga menolak otopsi. Jalan keluarnya, bisa saja menyusun klausul sebelumnya. Pembalap diberi poin untuk meng- izinkan otopsi jika meninggal saat balap. Klausul yang ditandatangani bersangkutan menjadi dasar kuat melakukan otopsi jika diperlukan. Bagi saya otopsi sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi akurat penyebab kematian dan evaluasi di masa mendatang,” ujar dokter Aviandy Sukarto, Msc. SpKP yang suka naik moge ini. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR