Honda Blade yang dibesut Diaz Kumoro Jati, bisa dibilang kencang. Pasalnya, mampu fight di deretan terdepan bersama motor tim sokongan pabrik. Itu terjadi saat turun di kelas Bebek 115 cc Tune up Seeded (HRC-2) race pertama dalam event Honda Racing Championship (HRC) seri III di sirkuit Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
“Kunci utamanya ada di kem, perbandingan kompresi dan pemilihan rasio gearbox,” papar Ragil ‘Geyhol’ Yulianto, mekanik tim Honda GCX Kawahara NHK SSS RT. Agar power dahsyat, terutama di putaran tengah ke atas, profil kem dibikin berdurasi 275° (in). Dengan rincian, klep in membuka di 59 sebelum TMA dan menutup 36° setelah TMB.
Sedang ex-nya diset 276°, klep membuka 37 sebelum TMB dan menutup 59 derajat setelah TMA. Lobe Separation Angle (LSA) dibuat 104. Klep pakai punya Honda Sonic, in 27 mm dan ex 23 mm.
Namun biar tenaga di bawahnya gak kedodoran, rasio kompresi mesin dibikin 12,2 : 1 (Pertamax Plus). Rasio segitu didapat dari pemakaian piston SCK 51,25 mm yang punya dome cukup tinggi. Jarak bibir piston (saat di TMA) ke ujung liner dibikin mendem 0,7 mm. Saat ditambah paking head 0,2 mm, total jadi 0,9 mm.
Buat melahap sirkuit non pemanen Kanjuruhan yang banyak dihiasi tikungan rolling speed, Geyhol terapkan final gear 13/40 mata. Ini untuk menyempurnakan transfer tenaga dari ratio gearbox yang ditata gigi 1; 13/34, gigi 2; 18/30, gigi 3; 20/26 dan gigi 4; 23/25.
Sayang, dewi fortuna belum berpihak pada tim asal Jakarta ini. Soale, ukuran main jet di karbu AHRS, terlampau kering. “Di pertengahan lap, lari motor mulai drop. Kalau dipaksa, mesin bakal overheat dan bisa ngejim (macet),” keluh Diaz. Menurut Geyhol, harusnya main jet pakai 170, bukan 165. “Kalau pilot jet sudah bener 25,” tukasnya. Diaz pun harus puas di posisi kedua di race pertama. (www.motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
CDI : BRT Imax
Ban : FDR Sport FR75 90/80-17
Sok belakang : Ohlins
Knalpot : AHM
Cakram : Yamaha 125Z
KOMENTAR