Logika Cepat Saat Riding Demi Safety

Motorplus - Jumat, 15 Januari 2016 | 06:08 WIB

Penutup tahun banyak biker rolling thunder. Situasi di jalan tentunya sulit diprediksi. Sedikit share dari mereka yang punya pengalaman ikhwal menghadapi situasi sulit dan mendadak. Bagaimana cara mereka menghendel? Butuh logika cepat saat riding. Kita ambil pengalaman mereka saat terkena situasi genting. Paling radikal diistilahkan nearly dead experience atau nyaris saja tewas di jalanan.

Untuk soal logika cepat saat riding , pelajaran safety riding atau teori nyaris tak bisa menyentuhnya. Ini hanya bisa didapat jika seseorang sudah klotokan atau lama di atas motor. Secara naluriah reflek, ergonomi, ketenangan psikologis dan cepat menentukan pilihan sudah jadi bawaan dirinya.

Ayuk kita telusuri berbagai situasi dari hasil bagi-bagi pengalaman dengan banyak brothers dari latar belakang bermacam-macam yang berkaitan dengan logika cepat saat riding . Ada peturing motor antik, skubeker yang sering didaulat jadi  road captain dan punya prestasi dominan zero accident saat memipin konvoi, skuteris penakluk ribuan kilometer atau penggila solo ride dengan jam terbang tinggi seperti sahabat kita Jeffrey Polnaja.

1. Almarhum Om Alen Suhendra Handayani, tokoh Harley Club Bandung (HCB) pernah berbagi pengalaman saat dia riding naik HD 750 sespan dengan berpenumpang. Saat dia geber dengan kecepatan tinggi, sespannya masuk ke lubang, motor oleng. “Ada dua pilihan sulit. Memaksakan diri menstabilkan motor lagi dan kembali ke trek yang benar, atau mengikuti arah liar motor sampai ke pinggir jalan,” jelasnya.

Om Alen berhitung begini. Saat sespannya oleng, bodi berat HD 750 apalagi dengan sespan sangat sulit dikendalikan ke kondisi awal. Kemungkinan motor terbalik di tengah jalan dengan kondisi aspal dan lalu lintas sangat besar. Ia lantas memilih membiarkan motornya liar keluar bahu jalan dengan resiko menabrak sesuatu di pinggir jalan. “Saat itu ada sungai dan motor mengarah ke sana! Saya biarkan kami tercebur berbarengan daripada memaksakan motor tetap ada di jalanan dengan resiko besar.” Hasilnya, mereka selamat dengan luka yang tidak berarti. Motor memang rusak, tapi tak apalah!

2. Pengalaman lain dari Gingin Kurniawan dan Ferry Black, merzmania saat turing di seputar Jawa Barat. Situasinya seperti ini. Pas mereka akan menyalip bus, bus tadi serta merta manuver ke kanan juga menghindari andong yang melaju pelan. Akibatnya motor keduanya terpepet makin ke tengah. Kita simak sama-sama bagaimana kedua mereka memilih situasi mana yang memiliki tingkat keselamatan lebih tinggi.

Peristiwa Gingin-Fery juga bisa kita pelajari. Saat terpepet ke tengah oleh bus, ada tiga pilihan yang harus mereka ambil. Tetap di kanan dan berusaha menambah kecepatan dan mendahului bus, deselerasi mendadak agar bus melaju ke depan dan posisi mereka jadi di belakang bus atau cepat-cepat mengambil keputusan ekstrem ke bahu jalanan bagian kanan sekalian dengan resiko menggerus kerikil dan jalan rusak atau menabrak sesuatu.

Tindakan pertama, menambah kecepatan: Mereka berhitung pada akselerasi spontan motor atau berhitung pada kekuatan motor dibanding bus yang juga sedang melaju kencang. Jika dipaksakan posisi mereka tetap di jalur orang lain, beresiko tertabrak dari depan dan fatal.

Kedua deselerasi mendadak dengan tujuan mencari posisi di belakang bus. Resikonya, bus tadi baru saja mendahului  Andong yang jika sudah tersusul akan berada di posisi belakang bus. Ini beresiko, melanggar Andong dalam kecepatan yang masih tinggi.

Mereka memutuskan ‘membuang’ motor ke bahu jalan kanan sekalian dengan pertimbangan dari arah berlawanan saat itu kosong. “Pas masuk ke bahu jalan di sebrang jalan, kerikil dan kondisi jelek jalan, jelas beresiko motor terpelanting. Kami ikuti saja situasi nggak nyaman itu sambil perlahan-lahan mengurangi kecepatan motor sampai berhenti sempurna. Saat itu kami selamat, karena mampu memutuskan pilihan dari 3 opsi tadi,” kisah mereka.

Dalam berbagai situasi, para brothers yang sudah berpengalaman sangat peka malihat situasi di sekitarnya. Saat menikung tiba-tiba slip, berbagai kemungkinan harus dipilih dalam hitungan detik.

Berusaha keras mengendalikan motor dan mengembalikan ke posisi semua kadang menjadi petaka. Riding skill, situasi lalu lintas yang tak terduga membuat kita harus memilih jatuh ke pinggiran dengan resiko cidera, tapi tidak fatal.

Kadang kita lihat sekeliling, kalau kebun atau sawah misalnya, lebih baik itu saja yang kita terjang karena kemungkinan kita terlanggar motor atau mobil lain kecil. Ini bukan pilihan mudah, tapi pertimbangannya adalah lebih baik jatuh sendiri dan berharap yang kita terjang punya banyak faktor ‘lunak’ seperti lumpur sawah atau alang-alang.

Oh ya, peristiwa di jalanan memang bisa saja beragam, yang terpenting adalah tetap tenang, senantiasa berhitung untung-rugi dan cepat menentukan pilihan. Karena kadang-kadang lebih baik jatuh terjerembab di tempat aman ketimbang memaksakan diri tidak jatuh, tapi ada dalam situasi yang kurang menguntungkan. (www.motorplus-online.com)

Penulis : Motorplus
Editor : Motorplus


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular