Penggebuk kompresi, pakai piston diameter 62 mm merek SGP. “Pantatnya dibuang sekitar 3 – 5 mm biar enteng! Piston ini dipasang mendem 0,5 mm dari bibir liner (saat di TMA). Kalau paking head terpasang, mendem total jadi 0,8 mm. Paking head yang mulanya tiga lapis, sekarang hanya satu lapis. Akibatnya, kompresi mesin jadi 11,7 : 1 untuk minum Pertamax.
Rasio kompresi tadi juga didapat setelah pantat head dipapas 0,4 mm. Karena dipapas, coakan klep di piston, ditunner sedikit biar enggak beradu. Klepnya pakai in 19 mm dan ex 22 mm. Lubang masuk dan keluar, dikurangi tingkat kekasarannya dengan porting polish. Mendorong klep ini, dikasih noken as CLD berdurasi 260°. LSA-nya diseting di angka 105°, untuk ngejar putaran bawah ngacir.
Pengabutan bahan bakar, dibikin kering. Mengandalkan karburator Keihin PE 28 yang dijejali pilot jet 50 dan main jet 120. “Kalau dikasih basah, motor enggak mau lari,” tukas Pae. Kemudian, sisa pembakaran dibuang lewat knalpot CLD C3 dengan tiga tahapan diameter leher mulai dari 28 mm, 36 mm dan terakhir 50 mm. (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR