Namanya balap, pasti membutuhkan tunggangan mumpuni. Mulai mesin, kelistrikan, suspensi hingga fisik dan skill pembalap. Terlebih, balap cakar tanah yang penuh dengan debu dan seketika berlumpur lantaran guyuran deras hujan. Tentu saja kondisi fisik tracker dan tunggangan harus seimbang agar mampu menguasi lintasan sepanjang jalannya race.
Kondisi ini terlihat pada gelaran balap cakar tanah bertajuk Pikoli GCRT MSR Super Unity Project Grasstrack 2016, Minggu (4/12). Sebanyak 325 tracker dipaksa harus beradaptasi dengan kondisi kering dan basah lintasan Pasir Jambu, Pagaden, Subang, Jawa Barat. Selain itu, lintasan yang kembali diaktifkan lagi sejak vakum dari tahun 2000 ini lay out diubah total dengan menyesuaikan standarisasi lintasan Kejurnas.
“Meskipun gelaran club event, namun saya ingin menyajikan tantangan yang lebih kepada para tracker dengan menyajikan lintasan sirkuit dengan panjang 1.100 dan lebar 6-8 meter. Terlebih pada event kali ini tersaji kondisi lintasan dari kering berdebu menjadi basah dan berlumpur karena guyuran hujan. Otomatis hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim untuk menyeting motor agar tetap fit dalam kondisi semacam ini. Selain juga, fisik dan skill pembalap harus tetap prima agar mampu menendalikan tunggangan dan tetap menguasai race,” bilang Anton Supena Penyelanggara sekaligus perancang sirkuit.
Sudah semestinya gelaran balap cakar tanah diwilayah Jabar menyandingkan lintasan yang representatif semacam ini. “Meskipun banyak tracker yang terlihat kedodoran fisiknya untuk menaklukan lintasan dan lawannya, namun memang seharusnya begini standarisasi lintasan untuk menggembleng tracker agar semakin matang,” ujar F. Chimon tracker senior asal kota Kembang, Bandung.
Berikur Hasil Lomba Pikoli GCRT MSR Super Unity Project Grasstrack 2016
Hasil Lomba
BEBEK STANDAR PEMULA
I 26 ADI CETO TASIKMALAYA CV DELTA PRIMA JENDRAL POLICE CMS 67 TASIKMALAYA
II 37 IIM CHIMENK KARAWANG GIRI CILIK RT
III 61 THIO GN PURWAKARTA ORT 23 CROSSROCK GRESYA MTR LADANG BABAH
KOMENTAR