Teknologi oli, tentu dibikin mengikuti teknologi mesin.
Pabrikan oli selalu mengacu pada spesifikasi mesin yang didesain oleh asing-masing pabrikan motor.
Makin canggih sebuah kendaraan, tentunya membutuhkan spek oli yang canggih pula.
Nah, kecanggihan yang biasanya tertuang dalam spesifikasi pelumas, ditentukan oleh beberapa standarasi.
“Yakni Society of Automotive Engineers (SAE), American Petroleum Institute (API), dan untuk motor ada tambahan Japan Automobile Standard Organization (JASO),” ungkap Shofwatuzzaki, B2C Technical Manager PT Shell Indonesia.
(BACA JUGA : Nih Akibat Enggak Ganti Oli Sokbreker)
SAE digunakan untuk mengukur tingkat kekentalan atau viscosity Grade (VG).
VG ini adalah ukuran kekentalan dan kemampuan pelumas untuk mengalir pada temperatur tertentu.
Misal di sebuah kemasan tertulis SAE 50, yang disebut single VG dan SAE 20W-50 (Multi VG).
Pada single VG, angka di belakang SAE menunjukkan kekentalan.
“Semakin besar angka semakin kentalnya oli,” kata Zaki panggilan akrabnya.
Sedangkan pada multi VG, huruf W di belakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter atau dingin.
SAE 20W-50, berarti oli tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 20 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada kondisi suhu panas.
“Sedangkan JASO diperuntukan bagi motor dengan spesifikasi rumah kopling tertentu. Untuk kopling basah seperti di motor bebek dan sport menggunakan JASO MA, sedangkan penggunaan kopling kering seperti di matik adalah JASO MB,” bilang cowok berkantor di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan ini.
Sedangkan mutu oli ditunjukkan oleh kode API dan diketahui dengan diikuti tingkatan huruf dibelakangnya.
Misalnya, API SN, huruf S atau Spark menandakan pelumas mesin untuk bensin.
Kode huruf kedua mununjukkan nilai mutu oli.
“Semakin ke belakang mutu oli semakin baik dalam melapisi komponen dengan lapisan film. Saat ini API terbaik adalah SN,” kata Zaki.
Lantas kalau sebuah kendaraan tidak menggunakan spek oli sesuai kebutuhan apakah ada masalah?
“Spek API untuk mobil atau motor berteknologi lama, menggunakan API tinggi tidak masalah. Sebab, teknologi API paling tinggi sudah mencakupi teknologi API terendah, dan penggunaannya tidak membuat mesin kendaraan jadi masalah,” jelasnya.
Beda jika tidak sesuai JASO dan SAE.
“Kalau kedua faktor itu tak sesuai kebutuhan mesin, atau yang sudah direkomendasikan pabrikan, pasti akan masalah,” jelasnya. Sebagai contoh, motor dengan spek lama yang butuh oli kental, namun malah mengkonsumsi oli terkini dengan SAE lebih encer. “Oli SAE encer pembuatan lapisan film di seher tipis, berbeda dengan SAE kental. Dalam penggunaan yang lama, gesekan piston akan mengakibatkan baret,” jelasnya.
Lantas untuk motor sport yang seharusnya menggunakan JASO MA, tapi maksain pakai JASO MB.
“Yang terjadi bensin akan boros dan menyebabkan kopling slip,” terangnya. Sebab, pada oli ber-JASO MB ada molybdenum-nya, yang sifatnya licin untuk kopling.
Tuh, bahaya kan! (www.motorplus-online.com)
Source | : | MOTOR Plus |
Penulis | : | Motorplus |
Editor | : |
KOMENTAR