Konsep ini warisan pikiran leluhur Nusantara yang sangat filosofis sekaligus mistis.
Para salik yang sedang mencari Diri Sejati mesti akan bertemu konsep ini.
Banyak tafsir terkait cara memahami Sedulur Papat Lima Pancer ini.
Tafsir umum yang biasa kita dengar adalah 4 eksistensi yang menemani manusia dalam proses kelahiran ke dunia, yaitu: Kawah (ketuban), ari-ari (plasenta), tali pusar dan darah.
(BACA JUGA: Kumpulan Foto Pelat Nomor Motor untuk Mudik Diganti Kalimat Lucu)
Empat saudara inilah yang menjaga, memelihara, dan melindungi Diri Sang Bayi sebagai Pancernya.
Dipercaya saat proses kelahiran terjadi, ke-4 saudara itu terpisah secara fisik tapi tidak secara bathin.
Maka muncul lah konsep 4 Malaikat Penjaga Diri Manusia, yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail sebagai makna hakikat dari simbol-simbol ketuban, ari-ari, tali pusar dan darah.
Ke-4 eksisensi malaikat ini akan selalu terlibat dalam kehidupan manusia, dari mulai kelahiran hingga kematiannya.
Dalam tradisi sufisme di Nusantara, konsep Sedulur Papat Lima Pancer ini ditafsirkan sebagai 4 eksistensi nafs yang ada pada setiap Diri Manusia yaitu: Amarah, Lawammah, Mulhamah dan Muthmainnah.
Nafs Amarah adalah karakter tegas, keras, marah. Dalam level ini sudah ada potensi untuk mengenal Tuhan. Nafs Lawammah adalah karakter gemar menyesali kesalahan sendiri, tetapi akal sudah mengetahui kebenaran sedangkan jasad masih lalai.
Nafs Mulhamah adalah karakter yang sudah memperoleh ilham dari Tuhan, dikarunia banyak pengetahuan, sudah terbebas dari hal-hal keduniaan tetapi masih berpamrih pahala akhirat.
Memperlakukan ke-4 nafs ini sebagai sedulur, tidak berarti menghancurkannya, tetapi mengendalikannya, menjadikannya kekuatan positif dalam membantu upaya Diri Manusia sebagai pancernya menuju Tuhan, seperti seorang sais yang bisa menaklukan dan mengendalikan kuda liar.
Kesadaran akan adanya Sedulur Papat Lima Pancer ini sangat mengakar dalam alam pikiran manusia Nusantara. Pada akhirnya mempengaruhi cara berperilakunya. Manusia Nusantara meyakini Diri sebagai Pancer dan memperlakukan apapun di luar Dirinya sebagai SEDULUR, itu berarti menjadi bagian tak terpisahkan dengan Dirinya.
Karakter yang terbentuk dari kesadaran ini adalah bersikap baik dengan sesama, bersikap lembut kepada orang lain sebagaimana memperlakukan saudaranya sendiri. Kemanapun Dirinya menghadap yang tampak adalah sedulurnya semua.
Jadi, bila ada orang yang dengan gampangnya menghujat orang lain, menghakimi dan menistakan orang lain, bisa jadi tidak mewarisi genetik Manusia Nusantara.
Prinsip yang dipahami ini cocok dan sekalan dengan prinsip persaudaraan dalam dunia bikers. Mungkin baik untuk bahan perenungan. Salam bikers! (www.motorplus-online.com)
KOMENTAR