Motor dengan teknologi injeksi tidak bisa sembarang minum bahan bakar.
Tapi sembarangan memasukan bensin ke motor injeksi bisa ngelitik.
“Coba perhatikan deh, rata-rata motor injeksi itu rasio kompresinya tinggi-tinggi. Selain itu, timing pengapiannya juga lebih maju dibanding motor karburator,” beber Tomy Huang, punggawa BRT-Bintang Racing Team yang bermarkas di Cibinong, Jawa Barat, saat jadi praktisi otomotif dalam acara Mechanic Gathering Pertamina-MOTOR Plus di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, akhir Mei lalu.
Nah, rasio kompresi yang tinggi dan pengapian maju, butuh bahan bakar yang tidak mudah terbakar.
(BACA JUGA: Video Raungan Teriakan Mesin Moto2 Tahun 2019)
“Bahan bakar yang tidak mudah terbakar ini ditandai dengan angka RON (Reseach Octane Number) yang makin tinggi,” terang Prof. Dr. Ing. Ir. Tri Yuswidjajanto, Ahli Bidang Bahan Bakar dan Perawatan Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB), yang juga ikutan bagi-bagi ilmu dalam acara tersebut.
Jadi, sobat jangan salah kaprah lagi soal bensin oktan tinggi ya!
Bensin oktan tinggi macam Pertamax (RON 92), Pertamax Turbo (RON 98) atau Pertamax Racing (RON 100), makin tinggi angka RON-nya, bukan berarti kemampuan ledaknya lebih tinggi dari Premium atau Pertalite.
“Makin tinggi angka RON-nya, justru kemampuan terbakarnya jadi lebih lambat,” jelas Prof. Iyus, sapaan akrabnya.
Lalu apa hubungannya dengan kompresi tinggi dan timing pengapian maju?
“Mesin dengan kompresi tinggi, artinya punya kemampuan memapatkan tekanan udara di dalam ruang bakar, lebih tinggi pula. Nah, tekanan udara yang tinggi, cenderung menimbulkan panas. Bila panas yang ditimbulkan mencapai titik bakar bensin yang dipakai, maka otomatis bensin yang sudah bercampur udara itu akan meledak. Meskipun busi belum memercikkan api,” lanjutnya.
Kejadian tersebut dinamakan self ignited, dan sering terjadi bila menggunakan bensin oktan rendah di motor berkompresi tinggi.
Nah, meledaknya bensin akibat tekanan tinggi tadi, umumnya berlangsung di area yang berseberangan dengan pembakaran dekat busi.
“Ketika pembakaran dini akibat tekanan kompresi bertemu dengan pembakaran dari busi, maka terjadi benturan kuat alias detonasi, yang menimbulkan bunyi ngelitik atau knocking,” tukas Prof. Iyus.
Jika kondisi ini sering terjadi, lanjut pria kelahian Pekalongan, Jawa Tengah ini, maka akan membuat mesin jadi overheat dan performanya drop.
“Lama-lama bisa merusak mesin,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Lead Consultant Pengembangan Produk Bahan Bakar dan Pelumas di PT Pertamina Persero.
Tuh, sudah tau kan apa yang menyebabkan mesin bisa ngelitik?
Jadi, mulai sekarang gunakanlah bahan bakar yang sesuai dengan spesifikasi motor sobat. Menurut Prof. Iyus maupun Tomy Huang, untuk motor yang mengusung kompresi antara 9,0-10 : 1, cukup nenggak bensin RON 90.
Ini populasinya paling banyak. Sementara yang di bawah 9,0 : 1, masih bisa nenggak Premium.
Tapi kalau sudah mencapai 10,0 hingga mendekati 11,0 : 1, sebaiknya pakai bensin oktan 92 kayak Pertamax.
“Untuk yang 11,0 : 1 hingga mendekati 13 : 1, gunakan yang lebih tinggi lagi macam Pertamax Turbo. Di atas 13,0 - 1 pakai Pertamax Racing,” anjur keduanya. (www.motorplus-online.com)
Penulis | : | Athaya |
Editor | : |
KOMENTAR