Pecinta motor batangan tentunya punya kesan khusus pada 3 varian beken.
Mereka adalah Suzuki Thunder 125-250, Yamaha Scorpio dan paling massif, Honda Tiger.
Awal kemunculannya disambut gegap gempita two wheeler.
Maklumlah, beres era cc sedang lawas Jepang seperti Kawasaki KZ 200 (Binter Merzy), ketiga motor inilah yang dominan disukai sesama berbagi aspal.
Uniknya, kisah mereka jadi unik setelah di jalan generasi milenial terutama di sisi harga. Simak yuk!
(BACA JUGA : Bursa Motor 250 cc ke Atas, Ini Panduannya)
YAMAHA SCORPIO: SI KALAJENGKING YANG HILANG RACUNNYA!
Awal kemunculan si kalajengking alias Yamaha Scorpio di awal 2006, motor sport bertenaga besar ini menjadi varian andalan Yamaha di kelas 225 cc.
Di pasaran Indonesia, Scorpio Z hampir tidak memiliki saingan dari motor pabrikan yang lain.
Kecepatan dan kekuatan serta body yang sangat kekar menjadi nilai jual utama dari Scorpio Z.
Dengan mesin berkapasitas 233 cc, motor ini sangat tangguh di berbagai medan.
Untuk perjalanan jauh, tunggangannya yang mantab membuat motor asal negeri sakura ini menjadi pilihan terbaik.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, motor Scorpio series ini jadi termasuk varian motor mahal yang susah untuk dijual kembali, macam kalajengking kehilangan bisa, kok bisa?
“Pabrikan tentunya tak bisa berbuat apa-apa untuk menjaga harga motor bekas di Indonesia, semakin banyaknya motor-motor baru bermunculan menjadi salah satu pemicu kenapa Scorpio dan teman-temannya jadi jajaran motor yang sulit untuk dilego kembali,” tukas Fauzi Thalib, pedagang motor bekas di Jl. Basuki Rahmat, Cipinang, Jakarta Timur.
“Kemunculan motor-motor baru di pasaran selain membawa dampak positif, memberikan efek negatif juga. Pengguna motor bekas yang ingin menjual kembali motornya susah cari pembeli. Efeknya permintaan motor bekas berkurang dan harga jualnya melorot,” tambah Fauzi Thalib.
Harga Scorpio seris berkisar antara Rp 25 jutaan ketika masanya, sekarang bisa di kisaran Rp 7 juta hingga 14 juta.
“Itu harga tinggi juga karena motornya masih gress dan tahunnya masih muda, itupun sulit dijual kembali,” ungkap Jerry, penjual motor bekas di Cakung, Jakarta Timur.
Nah sisi lain Scorpio ini jadi keuntungan tersendiri bagi penggeliat modifikasi kustom kultur.
Pasalnya di dunia kustom kultur, Scorpio sedang jadi incaran modifikator dijadikan bahan modifikasi.
“Kami biasa menggunakan basic motor small engine seperti Scorpio, Binter Merzy, GL Series dan banyak lagi. Harga motor yang turun jadi keuntungan tersendiri,” tutur salah satu kru Road Runner Home Garage di Bekasi. Nah, tuh masih banyak cari.
SUZUKI THUNDER 125 & 250: JANGAN MIKIR MENJUALNYA LAGI
Buat suzymania kedua motor ini sangat dinantikan di zamannya.
Ergonomi yang ideal, akselerasi keren juga daya tahan.
Walau tak sukses di pasaran, motor-motor ini cukup mendapatkan tempat di hati para bikers.
Bahkan ada pameo yang lumrah di kalangan suzymania: ’Kalau pengin punya motor ini, jangan berpikir menjualnya lagi’.
Yap! Walau keren, harga jualnya anjlok! Suzuki 125 cc bekas misalnya, ada yang dihargai sejuta lebih sampai Rp 2 jutaan saja.
Umumnya dijual dalam rentang Rp 4 sampai 6 jutaan.
Sedang Thunder 250 sudah masuk kategori motor hobi dengan rentang harga yang lumayan.
Mulai Rp 15-san sampai angka 35 juta.
Problemnya tentu pada part yang mahal dibanding kompetitornya.
“Sampai keluarga Inazuma, part-nya memang di atas rata-rata, mahal! Walau memang awet,” nilai Wawan De Condors, pemilik Suzuki Inazuma.
Sharing pengalaman, walau mahal, part Suzuki memang awet, rata-rata fast movingnya bertahan sampai 4 tahunan semisal gir depan-belakang juga rantai.
Part-part lainnya jauh lebih tinggi ketimbang Honda atau Yamaha.
HONDA TIGER: ADA JUGA YANG MENGANGGAPNYA RIDERS ITEM
Setelah stop produksi, motor ini jadi bahan perburuan pecinta motor-motor kustom.
Maklumlah, kemunculaannya sungguh fenomenal dan melahirkan klub-klub besar yang militant dan solid.
Mereka yang fanatik, Tiger masuk kategori rider item sekarang.
Dalam kasus spesifik, Tiger lawas kondisi full original ditawarkan dengan harga melambung tinggi dan cukup fantastis.
Tapi, secara umum, macan keluaran PT Astra Honda Motor ini kembali jatuh harganya.
Hal ini, tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi jatuhnya harga Honda Tiger.
“Sebenarnya, enggak jatuh juga harganya. Masih tetap mahal, namun turun sedikit saja dari harga pasaran biasanya. Padahal, belakangan ini anak-anak Tiger malah mencari Tiger lawas untuk dibikin orisinilan,” buka Agung Cahyono, Ketua Harian Jakarta Honda Tiger Club (JHTC) 1996.
Beragam alasan yang menjadikan akhir-akhir ini Honda Tiger harganya lebih murah dibanding sebelumnya.
“Mungkin yang menjual bukan dari kalangan hobbies alias daily riding biasa. Mereka mulai beralih ke motor skubek dan roda empat. Bahkan, serbuan motor sport terbaru hingga skubek-skubek berbadan gambot juga mempengaruhi,” lanjut Agung.
Memang, punya motor ini butuh perawatan ekstra.
Tiger merupakan mesin lama yang wajar kalau sedikit-sedikit servis.
“Apalagi, material mesin Tiger Revo ringkih banget,” sebutnya.
“Kini, pasaran Tiger hanya menyentuh Rp 8 – 14 juta, tergantung tahun dan kondisi motor. Sebelumnya, pasarannya tidak ada yang di bawah dari Rp 10 juta,” tutup Agung Tiger, sapaan akrabnya. (www.motorplus-online.com)
Source | : | MOTOR Plus |
Penulis | : | Motorplus |
Editor | : |
KOMENTAR