Cuaca panas tidak menjadi kendala berarti buat peserta Trabas Merdeka XV walau trek yang dilewati didominasi debu tebal dibeberapa jalur.
Etape kedua, Minggu (27/08) peserta dilepas oleh Camat Panjalu Drs. H Erwin, berikut suguhan tarian Sisingaan khas Jawa Barat menjadi pengantar peserta dihari terakhir. Oh ya sebelum start setelah sarapan, sebagian peserta ikut senam aerobik bareng ibu-ibu warga setempat lho.
Gak heran kegiatan ini menjadi hiburan bagi peserta yang lain, pasalnya beberapa peserta yang ikut senam punya gaya tersendiri yang bikin gelak tawa rekannya hehe...
Sekira 10 km ngaspal, peserta mulai memasuki trek dengan suguhan hutan pinus dikawasan Hutan Perum Perhutani KPH Ciamis.
Baca juga: Video Serunya Jalur Adventure Merdeka
Kontur trek berbatu basah membuat pehobi trail adventure ini enak bejek gas sekaligus asah skill karena gak jarang roda sesekali alami slip. Jalur Trabas Merdeka tahun ini disetting Nanang Sale dan tim sejak 4 bulan lalu dan tentunya bikin peserta puas dengan sajian jalur istimewanya.
Nah untuk hari terakhir ini peserta harus tuntaskan jalur sepanjang 165 km menuju finish di Kampung Toga Sumedang. Dengan jalur yang dijajal 40% ngaspal dan sisanya 60% melewati beberapa varian jalur yang didominasi tanah kering berbatu.
Sampai finish sore hari sekitar pukul 17:00 wib, dan lepaskan lelah dengan sajian view pemandangan alam wisata Kampung Toga. Peserta lega dan merasakan puas telah tuntaskan gelaran Trabas Merdeka XV yang merupakan bentuk jiwa patriot dalam menghargai bangsanya.
"Selain memperingati HUT RI ke-72, diadakannya event Trabas Merdeka ini merupakan bentuk jiwa patriot kami akan menghargai sejarah bangsanya, yang intinya menanamkan jiwa patriot kepada offroader," tegas Eddy Jallus, Ketua Umum Trabas.
Tentunya gelaran Trabas Merdeka tahun depan bakal sajikan jalur dan lokasi berbeda dengan varian jalur yang lebih keren lagi.
Weitss moment berikutnya pasti paling ditunggu penikmat jalur ekstrem nih hehe..
Source | : | MOTOR Plus |
Penulis | : | Rumi |
Editor | : | Niko Fiandri |
KOMENTAR