Siapa sangka jika wujud Yamaha Scorpio bergaya classic bike ini adalah besutannya seorang dokter.
Gak usah bingung dan heran, karena dokter satu ini doyan turing dan lebih memilih sosok Scorpio full modifikasi sebagai tunggangan andalannya.
Modifikasi Yamaha Scorpio mengacu pada gaya British bike ala Royal Enfield.
“Pemilik motor ini adalah dr. Widodo Medisono, SpAn, yang merupakan spesialis anastesi. Soal hobi malah kepincut motor klasik mengandalkan basis motor Jepang. Untuk itu lantas wujudkan keinginannya tersebut,” ujar Arta Jaladri, punggawa Armor Rebel Kustom (ARK) 182.
(BACA JUGA: All New Honda CBR250RR 2017 Idolakan Mick Doohan)
1. FRAME.
Proses pengerjaan modifnya dimulai dari perakitan bagian rangka, untuk kejar tema model Royal Enfield.
Arta lantas bikin frame rakitan anyar, menggunakan potongan pipa berbahan seamless ukuran sekitar 22 mm.
Bagian sasis tengah hingga ke belakang dibuat agak sedikit landai, karena hanya untuk penopang dudukan jok single seater saja. Mainframe masih standar.
2. PARTS BODI.
Guna mempertegas aksen klasik, beberapa parts bodi kustom lantas diterapkkan.
“Part tadi meliputi tangki besar membulat, cover bodi samping dan juga sepatbor depan serta belakang. Sisanya komponen detail semacam rak bagasi besi, side bag, back rack dan lain-lain,“ jelas Arta, di Jl. Perjuangan, Depan SMKN 1 Cirebon, samping Pos Polisi, Kota Cirebon, Jawa Barat.
3. WARNA.
Unsur perpaduan warna juga ikut menunjang tampilan motor Pak dokter ini. Bukan kelir hitam yang selalu identik ada di tunggangan klasik, tapi lebih condong pada warna sedikit terang mengarah ke gold.
“Warnanya kita kasih laburan brown cappuccino metallic kombinasi dari Spies Hecker dan Sikkens. Supaya kesan motor tetap ada unsur klasik, namun lebih resik,” tutur Arta.
DATA MODIFIKASI
Pelek depan : V-Rossi 3,50x17
Pelek belakang : Custom 6,00x17
Ban depan : Zeneos Turino 140/60-17
Ban belakang : Zeneos Turino 160/60-17
Sok depan : Yamaha Byson
ARK 182 : 0898-0433-361
(www.motorplus-online.com)
Penulis | : | Obeth |
Editor | : | Niko Fiandri |
KOMENTAR