MOTOR Plus-online.com - Separator jalan di Indonesia banyak memakan korban dan menjadi perbincangan.
Bahan separator yang keras dan kadang tidak terlihat banyak membuat pengendara celaka.
Padahal, sejatinya desain separator sudah diatur agar tidak menjadi bahaya.
Diatur dalam Permenhub No 34 tahun 2014 tentang marka jalan, pasal 11 ayat 2, sudah diatur mengenai bahan yang digunakan sebagai pembatas jalan.
(BACA JUGA : Sering Belok Kencang Saat Jalan Basah, Hati-hati Dengan Efek Ini)
Pilihannya yakni terbuat dari bahan plastik atau bahan lain yang diisi air (water barrier) serta terbuat dari beton (concrete barrier).
Menanggapi masukan masyarakat, Direktur Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Arie Setiadi menyiapkan langkah baru.
Ia mengakui pihaknya terus mengembangkan berbagai desain separator yang lebih baik menyerap energi benturan.
"Ada yang terbuat dari karet lunak, tidak hanya concrete barrier dan water barrier. Ini jadi masukan buat kami, harusnya tidak keras ujungnya. Kita evaluasi tentang hal tersebut," ucap Arie.
(BACA JUGA : Agustus Lebih Dari 900 Motor Diciduk Aparat Karena Naik Trotoar)
Ini memungkinkan desain separator berbeda selain beton dan air.
Diharapkan membuat separator lebih aman buat kendaraan termasuk motor.
Inovasi lain yang tengah dipikirkan adalah mengubah desain separator.
(BACA JUGA : Nah Giliran Trotoar Dipakai Parkir Mobil Satpol PP)
Separator yang berbentu trapesium tersebut diberi benjolan rol untuk mengubah arah tubrukan kendaraan, harapannya tidak terlalu rusak parah.
"Tapi masalahnya jika mobil tersebut terpental, takutnya akan kena kendaraan lain. Saat ini jalan saja sudah melebihi kapasitasnya," ucap Arie.
Bicara inovasi separator atau pemisah jalan, kabar terakhir datang dari Korea.
Negeri Ginseng tersebut menemukan desain pembatas jalan dengan roll plastik yang dapat meminimalkan dampak tumbukan pada kendaraan, terutama memastikan keselamatan pengemudi.
Source | : | KompasOtomotif |
Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR