MOTOR Plus-online.com - Komunitas Scrambler Ducati Indonesia melakukan turing perdananya.
"Totalnya ada 15 rider dengan membesut 9 unit Scrambler Sixty2, dan 3 unit Scrambler 800 ikut serta," buka Teleng Antriksa Soeharto dari Ducati Indonesia yang mengawal perjalanan.
Meski belum lama terbentuk, seru-seruan ala pemilik motor bergaya post modern asal Italia ini sudah sampai ke Situ Cileunca.
"Lewat kegiatan ini, kita mau membangun kebersamaan antar pengguna Scrambler Ducati, menjelajah keindahan Indonesia sekaligus memotivasi Scrambler Rider yang lain untuk ikut bergabung," tuturnya sambil menceritakan serunya perjalanan yang dimulai pada 30 September 2017 lalu.
Asyiknya, perjalanan menuju Pengalengan di hari itu cukup meriah karena bertepatan dengan 2 event besar yaitu International Bandung Bike Week 2017 dan Anniversary Bikers Brotherhood MC.
Rombongan yang juga disusupi oleh 2 Triumph dan 1 unit Multistrada Enduro ini jalan dari Jakarta menempuh rute Bogor – Puncak – Padalarang – Batujajar – Soreang – Banjaran hingga sampai ke Pengalengan lokasi Situ Cileunca.
"Sepanjang perjalanan sering ketemu motor-motor besar yang menuju Bandung," beber Teleng.
Beberapa spot menarik selama perjalanan diantaranya Soreang hingga Pengalengan yang diwarnai dengan banyak tikungan yang tidak habis-habis.
Beberapa rider berpengalaman memilih memacu motornya lebih kencang dan meninggalkan rombogan guna menikmati tikungan.
"Motor ini enak untuk dipakai di aspal dan gravel, cocok untuk segala medan dan cuaca," beber Candra salah satu member Scrambler Ducati Indonesia.
Rombongan rehat sejenak di markas Kang Ucu dari Gravity Adventure yang letaknya persis di tepian Situ Cileunca.
Udara dingin dengan pemandangan yang sangat indah ditambah dengan suasana yang sangat nyaman bikin mager alias males gerak hahaha..
"Perjalanan kami lanjutkan lagi pukul 15.30, agak terlalu sore untuk melanjutkan perjalanan karena peserta sudah nyaman dengan keadaan di Situ Cileunca," kenang Teleng.
Tapi sayang, setelah jalan selama 1,5 jam dengan melalui jalan yang berkelok dan kabut tebal, rombongan terhambat oleh hujan deras. Karena makin deras, maka diputuskan untuk kembali ke Pengalengan.
Gokilnya, ada 1 rider yang pada saat itu berada di paling depan dan tidak tahu bahwa rombongan berhenti, dan dia tetap melaju sampai Pantai Rancabuaya. Wah nyasarnya jauh banget nih!
"Owner-nya pada gila semua," seru Candra yang berprofesi sebagai pilot ini.
Malamnya, semua menginap di Wisma Malabar, milik PTPN VIII yang berada di tengah perkebunan teh pada ketinggian 1550 mdpl.
Tempat ini dikenal juga dengan Rumah Bosscha, dibangun tahun 1896 yang juga merupakan tempat tinggal dari Karel Albert Rudolf Bosscha yang namanya juga di abadikan sebagai observatorium di Lembang.
Keesokan harinya, semua kembali ke Jakarta terbagi dua rombongan, ada yang lewat Jonggol dan Puncak.
Next, ada yang mau ikutan lagi?
KOMENTAR