MOTOR Plus-online.com - Zaman dahulu, mobil maupun motor masih dibekali radiator berpendingin air.
Namun bukan air serapan tanah, karena air tipe ini masih terdapat mineral yang bisa bikin komponen cepat korosi dan akhirnya radiator bolong.
Air yang digunakan biasanya air aki atau air hasil destilasi AC, sehingga mengandung H2O murni, yang tidak mengandung mineral.
Namun sering berjalannya zaman, mesin semakin simple dan power yang dihasilkan semakin besar.
(BACA JUGA: Kronologi Kenapa Pengemudi Nissan Xtrail Nekat Tabrak Lari Kerumunan Ojol)
Sehingga, sifat titik didih air kurang cocok digunakan untuk mesin zaman now.
Makanya, radiator motor sekarang pakai coolant.
Bukan tanpa alasan, coolant punya titik didih lebih tinggi (102 – 104 derajat celcius) dibanding air biasa (100 derajat celcius).
Hanya saja, penggunaan cairan coolant, memiliki tata cara sendiri, jangan sekali-kali diganti-ganti atau bahkan dicampur.
(BACA JUGA: Spesialis CVT Ini Bisa Bikin tarikan Motor Matic Loe Kaya Dijambak Setan Bro)
“Kalau sedang terpaksa sih boleh saja! Misalkan di jalan tetiba air radiator habis dan overheat. Kemudian agar tak terjadi kerusakan mesin fatal, diberi air. Seteleh mendarat di bengkel, langsung lakukan flushing agar tak terjadi kerusakan di radiator. Kalau sengaja dicampur air sih, jangan pernah dilakukan,” ujar Dadan Sarifudin, pemilik bengkel DSJ yang terletak di bilangan jalan Margacinta, Bandung, Jawa Barat.
Bahkan, penggunaan coolant berbeda merek juga tidak dianjurkan!
Karena aditif coolant tiap merek berbeda.
Sehingga, bila akan menggunakan cairan pendingin berbeda merek, baiknya dilakukan flushing, agar kinerja pendinginan jadi lebih maksimal.
Baiknya, air radiator diganti berkala setiap 10.000 – 20.000 km.
KOMENTAR