MOTOR Plus-online.com - Sempat bikin geger di dunia persilatan trek lurus gopek meter, karena hitungan nominal yang diperebutkan cukup besar.
Yap..., 100 juta itu nominal yang besar buat ganjaran untuk sang pemenang.
Wong harga motornya aja jauh dari angka segitu.
Kalau sudah gila balap mau gimana lagi ya bor? Hehe... Mau tahu korekan Kawasaki Ninja 150 menang Rp 100 juta.
Kawasaki Ninja 150 menang Rp 100 juta yang dikerjakan bengkel Tekno Tunner yang bermarkas di Jl. Kembangan Baru No. 33, Jakarta Barat, memang sudah terkenal joss.
(BACA JUGA : Bengis.. Spek Motor yang Dipakai Taruhan Rp 50 Juta, Salah Satunya Pakai Mesin GP125)
Sudah dibuktikan dengan oprekannya di motor pabrikan Kawasaki yang sebelumnya, bisa main di ajang balap trek lurus dan di sirkuit. Salut!
Yang dilakukan pada bagian ini adalah head dipapas sebanyak 0,4 mm dan squish band dibikin 6,5 mm guna mengejar kompresi mesin yang diinginkan.
Silinder masih dijejali piston standar berdiameter 59 mm.
Trus, lubang exhaustnya dibikin memiliki tinggi 30 mm dari bibir liner dan lebarnya 40 mm.
Transfer port dibikin sama dengan lebar exhaust yaitu 40 mm.
(BACA JUGA : Tegang.. Video Balap Gope Meter Taruhan Rp 50 Juta yang Sedang Heboh)
Dengan komposisi perhitungan angka tersebut, menghasilkan kompresi sebesar 7,2:1 untuk Kawasaki Ninja 150 menang Rp 100 juta.
Masih tetap pakai karbu bawaan pabrik yaitu Keihin PWL.
Namun yang aslinya memiliki lubang venturi berdiameter 26 mm, direamer jadi 33 mm.
Wah, gede banget, bor! Sedangkan setingan pilot jet dan main jet dibikin 60/160, dialiri bahan bakar Pertamax Plus yang dicampur dengan oli samping Castrol 747 dengan perbandingan 1:25.
“Gue masih pake karbu bawaan karena kalo main spek standaran. Jadi, cukup direamer aja,” ucap Hanafi Lim akrab disapa Hanhan punggawa bengkel Tekno Tuner.
Data Modifikasi:
Ban belakang: IRC Eat My Dust 60/80-17
Ban depan : FDR Drax 50/90-17
Radiator : Honda RS 125
Silincer : Yasuni Carbon
Source | : | Dok. Tabloid MOTOR Plus |
Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR