MOTOR Plus-online.com - Jangan kaget kalau dengar harga busi untuk moge, Bro!
Iya, soalnya harga part pemantik api di ruang bakar buat motor dengan silinder lebih dari satu ini bisa sampai ratusan ribu.
Itu, untuk harga satuannya loh.
Misalnya, satu busi Rp 350 ribu, kalau dua ya jadi Rp 750 ribu.
Lah kalau empat, tinggal kalikan lagi aja pasti harganya bisa sentuh diatas Rp 1 jutaan toh.
(BACA JUGA : Muncul Video Lebih Lengkap Balap Liar dengan Taruhan Rp 50 Juta)
Ada lagi bedanya busi untuk moge dengan busi untuk motor cc kecil.
Sebenarnya, apa sih bedanya busi untuk moge dengan busi motor lainnya?
“Secara part, sebenarnya tidak ada bedanya. Namun untuk moge, biasanya mengaplikasi tipe iridium. Itu karena tuntutan teknologi mesin yang diusung,” ungkap Doddy Herdianto, Marketing Manager PT Denso Sales Indonesia.
Hal yang sama juga dikatakan Zulfikar Toto Widiyantoro dari PT NGK Busi Indonesia tentang bedanya busi untuk moge.
“Ada beberapa tipe busi untuk motor, tetapi motor moge disarankan aplikasi tipe busi iridium. Iridium pun ada tipe biasa dan racing,” bilangnya.
(BACA JUGA : Boleh Salahkan Parts Ini Kalau Busi Motor Sering Mati)
Namun untuk busi yang mengusung nama genuine part, untuk harga memang tergantung dari pabrikan motor itu sendiri.
Karena pastinya mereka memiliki harga yang berbeda ketimbang produk aftermarket.
“Aftermarket memang dijual lebih murah dari genuine. Karena untuk genuine, yang dijual juga brand image dan juga jaminan nama besar,” jelas Doddy yang ramah.
Maksudnya, mungkin jika ada kerusakan di busi, ada garansi lebih yang bisa diberikan.
Nah, hal ini belum tentu didapat jika membeli busi aftermarket.
(BACA JUGA : Ini Perbedaan Piston Forging dan Casting, yang Satu Cara Bikinnya Kayak Samurai)
Oh iya, busi biasa yang kebanyakan dipakai di motor-motor kecil, mengusung tipe nickel.
Di atas nickel, ada juga busi dengan material platinum, yang harganya tentu lebih mahal dari busi nickel. B
aru setelah itu iridium yang lebih mahal lagi.
Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR