MOTOR Plus-online.com - Motor matic masih menjadi incaran para calon pembeli motor seken alias bekas.
Bukan cuma asumsi, para pedagang motor bekas juga sepakat akan hal itu.
“Konsumen umumnya banyak cari matik Honda, khususnya Vario dan BeAT,” kata Dani, salah satu pegawai showroom Sukses Motor kepada GridOto.com di kawasan Kelapa Dua, Depok (22/5).
Bagi kamu yang tertarik dengan unit Honda Vario 150 seken, bisa simak daftar harga yang sajikan di bawah ini.
(BACA JUGA: Ahli Konveri Energi Yakin Kalau Beli Bensin di Malam Hari Lebih Untung, Kok Bisa?)
Namun, sayangnya showroom tersebut tidak menyebutkan harga motor jika dibeli secara tunai.
Nah, berikut skema cicilannya bersumber dari showroom motor bekas Sukses Motor.
1. Honda Vario 150 tahun 2015
Pilihan uang muka: Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta.
Adapun tenor yang disediakan mulai dari 11 bulan hingga 35 bulan.
Cicilan terendahnya adalah Rp 679 ribuan hingga tertinggi Rp 1,6 jutaan
(BACA JUGA: Lagi.. Joki Balap Liar Tewas Saat Ngabuburit, Bukan Menolong Semua Temannya Malah Kabur)
2. Honda Vario 150 tahun 2016
Pilihan uang muka: Rp 1 juta hingga Rp 1,3 jutaan.
Adapun tenor yang disediakan mulai dari 11 bulan hingga 35 bulan.
Cicilan terendahnya adalah Rp 709 ribuan hingga tertinggi Rp 1,7 jutaan
3. Honda Vario 150 tahun 2017
Pilihan uang muka: Rp 1 juta hingga Rp 1,3 jutaan.
Adapun tenor yang disediakan mulai dari 11 bulan hingga 35 bulan.
Cicilan terendahnya adalah Rp 744 ribuan hingga tertinggi Rp 1,8 jutaan
(BACA JUGA: Jangan Salah, Cuma Akibat Tutup Tangki Bermasalah Mesin Motor Bisa Mogok Lho)
Namun, harga ini masih dapat berubah, tergantung dari kondisi aktual motor itu sendiri.
Khusus di showroom Sukses Motor, juga memberikan beberapa keuntungan.
"Kami memberikan gratis servis, gratis helm SNI, dan garansi mesin. Selain itu, ada potongan biaya cicilan juga untuk pembelian Vario dan BeAT," kata Dani.
Nah, tertarik untuk membelinya?
Sukses Motor – (021-87715200)
Jl. Akses UI No. 61 Kelapa Dua, Depok
Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR