MOTOR Plus-online.com - Sekilas motor bergaya cafer racer ini tampak biasa seperti motor modifikasi lainnya.
Padahal enggak, ada sesuatu yang spesial yang sudah membungkus motor ini.
Dilansir Thebikeshed.com, ExesoR Motorcycle dari London menggarap sebuah cafe racer dengan bodi terbungkus pelat aluminum kesuluruhan.
Nah jika Anda belum bisa menebak sosok aslinya, motor ini ialah Yamaha SR500.
(BACA JUGA : Ikut Prihatin.. Valentino Rossi Kasih Analisa Tentang Kecelakaan Michele Pirro)
Untuk mewujudkannya, mereka berkolaborasi dengan Omega Racer dan builder kenamaan Bernhard Naumann.
Bodi alumunium hasil custom tersebut punya beberapa karakteristik unik.
Seperti fairing yang memiliki dua buah lampu utama dan visor yang cukup melebar seperti motor balap ketahanan era dahulu.
Tangkinya sendiri dipilih yang berukuran kecil agar menimbulkan kesan kekar pada bagian mesin.
Lalu di bagian buritan ada jok berlapis kulit asli serta lampu belakang dan lampu sein LED yang terlihat sangat menyatu dengan motor.
Lampu seinnya sendiri diletakkan pada ujung rongga rangka belakang yang sudah dipotong.
(BACA JUGA : Kirain Mahal.. Ternyata Harga Exhaust Wrap Terkangkau Banget, Enggak Sampe Rp 100 Ribu)
Ketika melihat bagian mesin kita juga akan disuguhi pemandangan menarik berupa knalpot stainless steel ala motor drag.
Tapi tak hanya itu, ada juga skidplate yang dibuat cukup kaku namun mampu melengkapi tampilan motor secara keseluruhan.
Aksen unik juga terlihat di bagian tengah dengan sebuah electrical box yang juga dibuat dengan bahan alumunium.
Untuk mengejar stance, swingarm direka ulang menjadi lebih panjang sedangkan garpu depan dibuat lebih ceper.
(BACA JUGA : Pilihan Sarung Motor Anti Air dan Kotoran, Persiapan Buat Motor yang Ditinggal Mudik)
Sedangkan kedua pelek bawaan Yamaha SR500 kini dilabur dengan warna tembaga untuk memberikan kontras pada bodi yang sepenuhnya raw finish.
Keren juga ya kalau bodi full logam kayak gini, tertarik mengikuti konsep modifikasi yang satu ini?
Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR