MOTOR Plus-online.com - Oktan bahan bakar Pertamax Turbo yang dipakai hanya menunjukkan angka 86, Tim balap motor yang turun di kejurnas IRS 2018, ART Jakarta, kaget.
Padahal bensin ini diklaim punya oktan 98.
Temuan ini diperoleh berkat kecurigaan Ade Rachmat, manajer ART Jakarta yang mendapati performa motor timnya anjlok di seri 2 IRS (30/6-1/7/2018).
Bukan itu saja, mesin motornya juga mengalami kerusakan akibat detonasi.
Ia lantas mengurai kronologi penemuan Pertamax Turbo beroktan lemah ini.
(BACA JUGA: Serius Nih, Bensin Dicampur Kapur Barus Bisa Dongkrak Oktan Bensin? Ini Kata Ahlinya)
Menurutnya, saat latihan bebas, Selasa, performa motor masih normal.
Saat itu, timnya memakai Pertamax Turbo yang dibeli dari SPBU.
"Latihan bebas enggak masalah," ujarnya (10/7/2018).
Namun usai race 1 Sabtu (30/6/2018) ia mulai menemukan mesin motornya hancur.
"Piston rusak akibat detonasi," ujarnya.
Ia mulai curiga dengan kualitas Pertamax Turbo yang disediakan panitia balap.
"Free Practise, kualifikasi dan race, bensin harus dari panitia," ujarnya.
Ade lantas bertanya ke beberapa orang dan disebut-sebut ada masalah dengan bahan bakar.
Dengan asumsi ada masalah di bahan bakar, untuk race kedua, Minggu (1/7/2018) ia pun menyeting mesin untuk bensin oktan rendah.
"Race 2 saya set untuk bensin jelek, performa motor babak belur. Mau ngejar susah," ungkapnya.
Usai lomba, saat beres-beres ia melihat catatan waktu tim-tim lain bagus-bagus.
Sementara catatan waktu timnya anjlok.
Ia lantas bertanya-tanya ke beberapa orang.
Diperoleh info jika beberapa tim tidak menggunakan Pertamax Turbo dari panitia.
Padahal menurutnya, sesuai aturan, tiap tim diharuskan mengikuti prosedur.
Mulai mengosongkan tangki sebelum balap.
Lalu mengisi bensin Pertamax Turbo yang disuplai panitia.
Panitia lalu memberi segel dan selanjutnya barulah motor diberi transponder.
(BACA JUGA: Supaya enggak Tertipu Iklan, Ini Table Oktan Bensin Yang Sesuai Kompresi Motor)
Namun menurutnya, prosedur tersebut tidak dijalankan ke semua motor peserta lomba.
"Saya tanya, panitia periksa tangki kosong enggak? isi bensin di panitia enggak? disegel enggak? Beberapa disebut isi tangki enggak di situ (panitia), langsung dipakaikan transponder," papar Ade.
"Ternyata panitia bisa langsung pasang transponder, bensin pakai masing-masing."
"Ada yang protes, panitia malah bilang bukan urusannya."
"Saya kirim surat protes. Isinya soal tangki enggak disegel dan bisa pasang transponder."
"Nanti seri 3, saya usul juara 1 sampai ketiga dites oktannya," papar Ade.
Sementara, karena panitia tidak punya alat pengukur oktan, pihaknya berinisiatif untuk membeli alat ukur oktan bahan bakar.
Timnya lantas melakukan pengukuran atas Pertamax Turbo yang diperoleh dari panitia.
Hasilnya mencengangkan.
Sebab, tertera oktan Pertamax Turbo yang diukur alat berlabel Oktis-2 tersebut cuma 86.
Ia membandingkan dengan bensin Pertamax yang dibelinya dari SPBU.
Setelah diukur, punya oktan 92.
"Memang alat yang saya punya beda sama yang dipakai Pertamina. Tapi apapun metodenya, harus ada pengukurannya," ucap Ade.
(BACA JUGA: Kapur Barus Sudah Tidak Efektif Menambah Oktan, Malah Berbahaya!)
Beberapa hal yang menjadi perhatian di antaranya, bagaimana dengan seri sebelumnya?
Menurut Ade, seri sebelumnya ia tak menjumpai masalah meski tak begitu memperhatikan.
Sebab, ia pilih ikut regulasi yang ditetapkan panitia.
"Untuk balap, panitia yang sediakan bensin. Itu berlaku udah lama. Awal 2018 ditetapkan begitu."
"Seri pertama, tangki bensin dikosongkan, diisi bensin dari panitia, disegel lalu dipasang transponder dan line-up."
"Seri kedua saya yakin aja. Soalnya di seri pertama, setelah disegel, enggak diutak-utik. Enggak ada masalah walaupun kita enggak ngecek oktan."
Pihaknya lantas mendokumentasikan pengukuran oktan bahan bakar yang dilakukan, sebagai berikut.
KOMENTAR