Jadi aksi kami itu ingin membuka mata dan hati nurani pemerintah untuk memperhatikan nasib ojek online,” tutur Igun.
(BACA JUGA: Komplotan Jambret yang Tewaskan Penumpang Ojek Online di Cempaka Putih Ditembak Mati Polisi)
Garda menilai Grab terkesan sekadar mengeksploitasi SDM Indonesia.
Untuk menyamakan persepsi, Igun menjelaskan seluruh pengemudi ojek online ingin melakukan aksi simpatik dan melakukan langkah persuasif untuk mendiskusikan payung hukum dan tarif ojek online.
Penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang, menurut Igun, merupakan momentum yang tepat untuk menyuarakan pendapat pengemudi ojek online.
Garda berharap pembahasan tentang hal itu menemui titik terang sebelum pembukaan Asian Games pada 18 Agustus 2018.
”Semoga dalam 30 hari ke depan ada dialog dan diskusi yang menghasilkan solusi. Saya tegaskan, rencana aksi kami itu sifatnya bukan untuk mengganggu penyelenggaraan Asian Games, kami melakukan aksi simpatik yang menyuarakan kesejahteraan ojek online,” paparnya.
Lebih lanjut, Igun menduga, tingkat kesejahteraan para mitra terancam karena terjadinya perang tariff yang cenderung jual rugi (predatory pricing) seperti dilakukan GRAB.
”Kami menyesalkan terjadinya predatory pricing. Untuk itu, kami melakukan langkah persuasif yang berdialog dengan kedua perusahaan aplikator , Kementerian Perhubungan, DPR, dan berdialog dengan Presiden Joko Widodo,” tutupnya.
KOMENTAR