MOTOR Plus-online.com - Serombongan pengendara moge (motor gede) diduga kembali melakukan tindakan arogansi.
Kejadian ini melibatkan seorang pengendara mobil bersama keluarganya, terjadi di daerah Krian, Sidoarjo, Jawa Timur.
Dialami sendiri oleh Faisal Yasir Arifin seperti yang ia ungkapkan di postingan Facebook miliknya pada Sabtu (28/7/2018).
Saat itu Yasir akan menuju ke Surabaya bersama istri dan kedua anaknya setelah menengok salah satu putrinya di Gontor.
Saat Faisal tengah mengemudikan di jalur bypass Krian, rombongan Harley-Davidson menyalip mobilnya.
(Baca juga: Viral... Video Rombongan Harley-Davidson Konvoi Tuai Kecaman, Polisi yang Mengawal Pukul Spion Truk)
Berbeda dengan masyarakat yang umumnya lebih memilih untuk pindah ke lajur pinggir, Fasial memilih untuk tetap lurus.
Faisal beranggapan karena rombongan tersebut tidak dikawal oleh voojrijder.
“Sesampai di krian, ada iring2an harley tanpa pengawalan, berjalan memenuhi ruas jalan. Kalau pakai voorijder, okelah saya kasih jalan.” Tulis Faisal di postingan miliknya.
Faisal merasa sebagai sesama pembayar pajak juga berhak memakai lajur jalan dengan semestinya.
Ini cerita lengkapnya;
Saya posisi pulang dr Gontor nyambangi putri saya, menuju Surabaya. Lewat bawah krn mampir ke Jombang.
Sesampai di krian, ada iring2an harley tanpa pengawalan, berjalan memenuhi ruas jalan. Kalau pakai voorijder, okelah saya kasih jalan.
Naah, saya sbg warga yg juga bayar pajak, saya tetep di jalur itu trus menambah kecepatan krn jalur lebar.
Lalu saya dikejar. Kemudian saya buka jendela.
"ada apa pak?
"kamu arogan, membahayakan teman saya!! Bentaknya.
Saya jawab, "loh bahayakan dimananya? Saya di jalur tepi. Dan saya klakson. Pun dg sopan. Anda menutup jalan, saya pun pelan," kataku.
"Ayo minggir kalo berani loe," bentaknya.
saya juga bentak.
"Ayoo, sopo wedi!! Ganti saya bentak.
Naaah setelah minggir, rombongannya lgsg mengeroyok kemudi saya.
Nampar pipi saya.
Saya balik tampar lah.
trus saya ambil kamera, saya mau foto.
"He, loe tu Siape ?? Mampus loe. Gue cari loe, mobil loe," gaharnya.
"Bukan siapa siapa. Saya cuman wartawan. Aku gak wedi, cok. Silakan cari tak tunggu," bentakku juga.
Tiga org di kabin berusaha memukul, sempat kenak leher cakarannya.
Vatalnya, dilihat anak saya dua kecil kecil (6 th dan 5 th). Dan istri saya yg berdarah madura, lgsg belain tak kalah gahar. Saya sendiri asli Gempol, perbatasan Klaten - Jogja, alusan tapi ojok digawe wirang.
Tetiba, Satu org ambil kunci mobil sembari nantangin saya keluar.
"Keluar loe!!
"Hokaaaay!!!
Saya pun keluar.
Eeeh lgsg dikeroyok.
Tp gada yg mukul kepala. Hanya Dada sama nyakar leher doang. Mirip emak emak.
"mana hape loe? Kamera loe mana?"
"OGAH!!! Jawabku
hp diamankan istri.
Satu org, yg awal resek, nantangin kelahi satu lawan satu.
"Lepas dulu helm kamu. Cok, nantang gelut kok heleman," kataku.
Jalanan macet warga berkerumun belain saya.
Mereka mundur teratur. Kunci dikasihkan.
Trus pergi.
Oleh warga, saya disuruh ambil jalan memutar drpd dihadang.
Istri juga merengek krn trauma.
Tp saya ogah. Saya tetep kenceng ke arah sby.
nyaris tersusul lagi, mau saya salip lagi, istri sudah marah.
"Kamu oke aja, berani aja, emosi aja, tapi psikologis anak anak ini loh Pap. Tolong dipikirkan," rajuknya.
Akhirnya saya mengalah.
Tapi tetap ogah cari jalur lain.
Yg terjadi, terjadilah. Begitulah pikirku.
Di ujung masuk sby ketemu lagi. Tp gak ada insiden.
Tinggalah hati saya dongkol.
Mosok sangar sangar mainnya keroyokan?
Biasanya yg demen keroyokan bukannya bencong?
Dan ini bukan krn saya sok jagoan, tetapi krn Arogansi memang harus dilawan.
Begitulah.
KOMENTAR