MOTOR Plus-online.com - MotoGP adalah motor prototipe yang mengusung teknologi paling mutakhir, itu Bukan rahasia lagi.
Banyak teknologi yang belum ada di motor jalanan yang sudah diterapkan di motor MotoGP.
Hal ini tentunya untuk meningkatkan performa pembalap sehingga mendongkrak nilai kompetitif dari pembalap dan pabrikannya.
Tak hanya itu, beberapa teknologi juga digunakan untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
(BACA JUGA: Orang Ini Bocorkan Kalau Jorge Lorenzo Enggak Minat Ke Honda)
Misalnya saja teknologi agar pembalap bisa berbelok dengan maksimal dan mengurangi risiko jatuh di tikungan.
Teknologi itu dikenal dengan anti-jerk, atau jika dibahasakan menjadi anti-hentakan.
Lalu bagaimana teknologi ini bisa membantu pembalap tidak terjatuh saat berakselerasi di tikungan?
Jawabannya adalah karena anti-jerk berhubungan erat dengan kontrol torsi pada motor MotoGP.
(BACA JUGA: Terbongkar, Bos Ducati Ungkap Sebenarnya Jorge Lorenzo Enggak Pernah Berencana Pindah Ke Honda)
Dilansir dari Boxrepsol.com, ketika pembalap MotoGP memasuki tikungan, mereka harus melepas seluruh gas atau throttle.
Dengan 0% akselerasi itu, ketika pembalap hendak melakukan akselerasi lagi akan ada satu masalah yang ditimbulkan.
Masalah ini adalah sprockets atau gir rantai perlu diaktifkan kembali untuk mendorong motor maju setelah sesaat tidak mendapatkan tenaga dari mesin.
Sedangkan rantai dan sistem transmisi tidak sepenuhnya kaku, melainkan sedikit fleksibel.
(BACA JUGA: Jadwal MotoGP Republik Ceska Pekan Ini, Nostalgia Kemenangan Valentino Rossi dan Marc Marquez)
Hal ini menimbulkan hentakan ketika torsi besar dari motor MotoGP dikeluarkan sesaat.
Tak menjadi masalah besar ketika ini dilakukan dalam kondisi tegak lurus, tapi jika pembalap dalam kondisi miring di tikungan, itu cerita lain.
Hentakan atau jerk ini bisa menimbulkan ban belakang selip atau bahkan membuat pembalap jatuh ketika dalam kondisi sangat miring atau posisi yang sedikit tricky.
Nah, untuk menghindari hal ini, anti-jerk system digunakan, caranya dengan memperhalus hentakan yang terjadi sebisa mungkin.
(BACA JUGA: Honda Mulai Waspadai Manuver KTM di MotoGP, Wah Ketakutan Nih..)
Mapping anti-jerk cukup sederhana dan biasanya tidak bekerja lebih dari 50 milidetik.
Saat pembalap memulai akselerasi, sensor yang terkait dengan sistem ini melihat tiga hal.
Yakni, seberapa banyak gas yang digunakan pembalap, kecepatan dari putaran ban belakang, dan juga performa mesin.
Jika mendadak terdeteksi lonjakan yang mungkin menimbulkan hentakan, sistem otomatis menyesuaikan torsi hingga tingkat tertentu, bahkan terkadang hingga 100%.
(BACA JUGA: Duel Perebutkan Posisi ketiga di Lap Terakhir, Galang Hendra Gagal Finis di Misano)
Anti-jerk ini juga terhubung ke Electonic Control Unit (ECU) untuk bisa berjalan.
Dilansir GridOto.com dari Motorsportmagazine.com, Magneti Marelli pernah merilis data dari salah satu pembalap mengenai fungsi anti-jerk ini.
Di gambar yang dirilis Magneti Marelli di atas terlihat ada tiga sektor, 1, 2, dan 3.
Di sektor 1, terdapat persentase gas yang dikeluarkan pembalap (garis putih paling atas), dan dibandingkan dengan garis bintik-bintik kuning yang merupakan gas 0.
Di sektor 2, garis putih adalah RPM dan garis hijau adalah kecepatan putaran ban belakang.
Terlihat dari garis RPM, ketika pembalap membuka gas, RPM langsung naik diikuti oleh putaran ban belakang, namun ada grafis yang sedikit menurun.
Di sektor 3 menjelaskan penurunan tersebut, bagian dengan warna putih menjelaskan torsi yang diminta oleh pembalap berdasarkan bukaan gas.
Lalu garis merah adalah torsi yang diberikan mesin, jika diperhatikan ada sedikit penurunan mendadak di garis merah tersebut.
Garis terakhir menjelaskan segalanya, itu adalah garis reduksi torsi yang dihasilkan oleh sitem anti-jerk.
Jika dipresentasikan dalam hikungan detik, reduksi torsi itu hanya terjadi sepersekian detik, kurang dari 0,5 detik.
Pengurangan torsi secara intensif secara mendadak itu terjadi dengan memperlambat pengapian bukannya menutup gas.
Di situasi ini, anti-jerk bisa memotong torsi hingga 100%.
KOMENTAR