MOTOR Plus-online.com - Peraturan alias regulasi single ECU di MotoGP pada tahun 2016 menjadi masalah besar bagi dua pabrikan raksasa di MotoGP yakni Honda dan Yamaha.
Pasalnya, keduanya tidak familiar dengan ECU bikinan Magneti Marelli yang ditunjuk sebagai penyuplai sistem elektronik tunggal di MotoGP.
Berbeda dengan dua pabrikan Jepang tadi, Ducati malah bersantai karena sudah lama menggunakan jasa Magneti Marelli.
Namun, ada rahasia besar yang membuat Honda lebih cepat taklukan regulasi single ECU di MotoGP.
(BACA JUGA : Bos Yamaha Mengaku Salah, Apa Yang Dibilang Valentino Rossi Terbukti Benar)
Honda juga merekrut salah satu teknisi hebat yang bisa mengatasi masalah elektronik dari ECU Magneti Marelli.
Biasanya Honda lebih percaya teknisi dari Jepang.
Namun untuk urusan elektronik ini, Honda lakukan langkah besar dengan merekrut salah satu orang dari Magneti Marelli, Filipo Tosi.
Itu sesuatu yang hingga saat ini tidak dilakukan oleh Yamaha.
"Pertama kami bermasalah terkait pergantian software ke Magneti Marelli, lalu kami mencoba untuk memahaminya," sambung Santi.
(BACA JUGA : Curhatan M Fadli, Ada Lho Pembalap Indonesia yang Takut Naik Kelas)
"Kami berganti mesin di 2017, jadi sebelumnya kami harus memahami elektronik dengan mesin lama screamer, itu sulit tapi kupikir itu ide yang bagus, karena big bang memberi solusi masalah yang pernah dialami," tegas Santi.
Menurut Santi Hernandez, pergantian mesin RC213V dari screamer ke big bang dan solusi elektronik membawa perubahan besar.
"Sangat sulit bagi Marc membuka gas penuh karena mesin sebelumnya terlalu agresif, big bang menolong karena itu memberi kita koneksi lebih bagus dengan gasnya, jadi Marc merasakan feeling lebih bagus terkait distribusi torsi dan grip ban," jelasnya.
Marquez sebelumnya lebih berat dalam mengerem, belok, dan akselerasi.
Dengan motor baru yang lebih halus, Marc Marquez semakin kuat.
(BACA JUGA : Sempat Niat Balap Lagi, Ini Ubahan Spesial di Motor M Fadli, Posisi Persneling Dipindah)
Memang, berbarengan dengan pergantian regulasi ECU di 2016, Honda mengubah RC213V yang arah putaran crankshaft-nya ke depan menjadi ke belakang.
Tujuannya untuk memperbaiki performa saat menikung dan mengurangi wheelie.
Seharusnya, dengan ECU baru dan mesin yang berubah total, Honda kesulitan dong.
Namun di 2017 HRC lakukan perubahan besar lagi.
Honda mengganti mesin lama yang disebut screamer dengan yang baru yang disebut big-bang.
Mesin baru ini diklaim bisa menambah grip dan punya teknologi kontrol traksi lebih modern dan lebih bagus.
(BACA JUGA:Blak-blakan M. Fadli: Kok Bisa Banting Setang dari Balap Motor ke Sepeda? Ini Ceritanya)
Pergantian dari screamer ke big bang ini mengubah semua unsur dari RC213V, seperti rasio gir, pengaturan suspensi, terutama juga pengaturan elektronik.
Semua itu bikin pembalap harus mengubah gaya balap mereka, ada poin positif dan negatif dalam pergantian ini.
Namun pada akhirnya mereka berhasil lolos dari ujian besar ini.
Valentino Rossi juga menyebut kalau Yamaha terlambat untuk membajak teknisi Magneti Marelli.
Pasalnya, sudah tidak ada teknisi sekelas yang dimiliki Honda dan Ducati yang bisa dibajak.
Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR